EQ DALAM KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam
Di susun oleh :
1. Afan Iza Mustofa (1403036033)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
I.
PENDAHULUAN
Dunia pendidikan saat ini sering di kritik oleh masyarakat yang
disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan tersebut
menunjukkan sikap yang kurang terpuji. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan
pelajar tersebut benar-benar telah meresahkan masyarakat dan merepotkan pihak
aparat keamanan. Hal tersebut masih ditambah lagi dengan adanya peningkatan
jumlah penganggur yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan.
Diantara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan
lulusan yang diharapkan adalah karena dunia pendidikan selama ini hanya membina
kecerdasan intelektual, wawasan, dan ketrampilan serta, tanpa diimbangi dengan
membina kecerdasan emosional. Oleh karena itu, kiranya pemimpin yang
berkemampuan dalam dunia pendidikan harus memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi serta mengupayakan keselarasan dan keseimbangan dalam dunia pendidikan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa Pengertian Kepemimpinan?
B.
Apa Pengertian EQ (Emotional
Quotient)?
C.
Fungsi EQ Dalam Kepemimpinan
Pendidikan?
D.
Bagaimana Karakteristik
Kepemimpinan EQ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan.
Kepemimpinan di terjemahkan
dari kata bahasa inggris “Leadership”, menurut wukir kepemimpinan merupakan
seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak dan mencapai
tujuan bersama.[1]
Menurut E Mulyasa seperti di kutip oleh Zamroni dan Umiarso mendefinisikan
kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang orang yang di arahkan
terhadap pencapaian tujuan organisasi.[2]
Kepemimpinan adalah hal yang
paling dalam organisasi, sebagaimana yng di katakan oleh rasulluah SAW yang
artinya :
“Dari Abu Said dari Abu
Hurairah bahwa keduanya berkata rasulluah bersabda “apabila tiga orang keluar
berpergian, hendaklah ia menjadikan salah satu pemimpin”(HR. Abu Dawud).[3]
Pemimpin memiliki peran yang
dominan tersebut dapat mempengaruhi moral, kepuasan, kerja, keamanan, kualitas
kehidupan kerja dan tertama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana yang
di katakan Handoko (2003) bahwa pemimpin juga memainkan peran penting dalam
membantu kelompok organisasi. Sebagaimana di kemukakan Nurkholis (2005:152)
setidaknya ada empat alasan mengapa di perlukan sebuah figur pemimpin :
1.
Banyak orang memerlukan figur
pemimpin
2.
Dalam situasi tertentu,
pemimpin perlu tampil untuk mewakili kelompoknya
3.
Sebagai tempat pegambilan
resiko bila terjadi tekanan terhadap sekelompoknya
4.
Sebagai tempat meletakkan
kekuasaannya.
Dari berbagai definisi
kepemimpinan berikut dapat di tarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu
kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang di tetapkan
B.
Pengertian EQ (Emotional
Quotient)
Emosi merupakan istilah atau
makna yang masih membingungkan untuk para ahli filsafat maupun psikolog sampe
saat ini. Salah seorang yang mempelopori kecerdasan emosional adalah Bar-on,
seorang psikolog israel yang menulis konsep ini dalam naskah disertasinya pada
tahun 1980an, dalam naskah tersebut Bar-on mengatakan bahwa emotional intelegent
adalah pribadi emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungannya.
Selain teori yang di
kemukakan oleh Bar-on masih ada lagi teori lain yang di kemukakan oleh Peter
Salovery dan John Mayer dari Hampshire University. Menurut keduanya emotional
intelegence adalah kemampuan untuk memproses informasi yang bersifat emosional
yang di dalamnya mengandung persepsi similasi pemahaman dan manajemen
emosional. Sementara itu David Goleman mengatakan kecerdasan emotional adalah
kemampuan kemampuan seperti memotivasi diri, dan bertahan dalam menghadapi
frustasi mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih lebihan mengatur
suasana hati dan mengatur agar hati tetap berfikir jernih, berempati dan optimis[4].
Dari beberapa pendapat di
atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dengan baik
pada di rinya sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
C.
Fungsi EQ dalam Kepemimpinan
Pendidikan
Kecerdasan emosional adalah
kalimat yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Patricia Patton, seorang
konsultan profesional sekaligus penulis buku sebagai berikut: it took a heart,
soul and brains to lead a people…dan kalimat tersebut diatas terlihat dengan
jelas bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki perasaan, keutuhan jiwa dan
kemampuan intelektual. Dengan kata lain “modal” yang harus dimiliki seorang
pemimpin tidak hanya intelektualitas semata, namun harus didukung oleh kecerdasan
emosional (emotional intelligence) komitmen pribadi dan integritas yang sangat
dibutuhkan untuk mengatasi berbagai tantangan.
Sering kali kegagalan dialami
karena secara emosional seorang pemimpin tidak mau atau tidak dapat memahami
dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga keputusan yang diambil bukanlah a
heartfelt decision, yang mempertimbangkan martabat manusia, melainkan cenderung
egois. Seorang kepala sekolah misalnya, di dalam suatu lembaga mutlak memiliki
EQ yang tinggi. Sebab tanpa kecerdasan emosional yang melekat pada dirinya,
maka hubungan antara atasan dan bawahan tidak terjadi keharmonisan.
Apabila seorang kepala
sekolah seorang pemarah, tentunya ia tidak akan disukai oleh seluruh warga
sekolah. Ia akan menjadi pribadi yang selalu diingat oleh terutama para murid
sebagai momok yang sangat menakutkan. Selain itu ia akan selalu berada dalam
ancaman stres akibat ulahnya sendiri. Ini menimbulkan perasaan yang sangat
tidak menyenangkan bagi pikiran dan tubuhnya.
Sebagai sebuah sistem yang kompleks,
emosi memainkan peranan yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Karena
demikian besarnya peranan yang dimainkannya, maka tidak mengherankan jika emosi
menjadi begitu penting bagi kehidupan manusia. Ada beberapa alasan yang
menjadikannya menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia:
1.
Survival (kelangsungan hidup)
Alam telah mengembangkan emosi-emosi manusia
dalam evolusi jutaan tahun. Sebagai hasilnya, emosi-emosi tersebut mempunyai
potensi untuk membantu manusia menjadi sebuah sistem yang memberikan petunjuk
bagi masalah yang bersifat internal yang sulit dan kompleks.
2.
Decision making (pengambilan
keputusan)
Emosi-emosi manusia merupakan sumber informasi
yang sangat berharga. Hal ini dikarenakan emosi-emosi tersebut membantu manusia
dalam mengambil keputusan.
3.
Boundary setting (penentuan
batasan)
Ketika seseorang merasa tidak nyaman dengan
perilaku orang lain, maka emosi-emosinya memberikan peringatan kepadanya. Jika
manusia mau belajar untuk mempercayai emosi-emosinya dan merasa percaya diri
untuk mengekpresikan dirinya, maka orang lain akan tahu bahwa dia merasakan
tidak nyaman seketika dia menyadari perasaannya itu. Hal ini akan membantunya
untuk menentukan batasannya dimana hal ini sangat penting untuk melindungi kesehatan
psikis dan mentalnya.
4.
Communication (komunikasi)
Emosi-emosi yang ada pada diri manusia akan
menganutnya untuk dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh yaitu
ekpresi wajah manusia. jika seseorang kelihatan sedih atau sakit hati, maka dia
akan memberi tanda kepada orang lain bahwa dia membutuhkan bantuan.
5.
Utility (kesatuan)
Emosi
manusia barangkali merupakan sumber potensi yang sangat besar untuk menyatukan
seluruh umat manusia.[5]
Menurut Goleman seperti dikutip oleh Fatah
Syukur, EQ sebagaimana yang diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Salovey
dan Mayer mempunyai cakupan lima kemampuan dasar. Lima kemampuan dasar tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
Self Awarennes (kesadaran
diri), yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan
perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri sendiri. Indikatornya
realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2.
Self Regulation (pengaturan
diri), yaitu kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan sebelum
tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi
3.
Motivasi (motivasi),
menggunakan hasrat untuk menuju sasaran, menuntun dan membantu inisiatif dan
bertindak sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan frustasi.[6]
4.
Empati, merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan
hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5.
Social skill (keterampilan
sosial), menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca
situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan keterampilan ini untuk
mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan
untuk bekerja sama dalam tim
Sedangkan menurut teori
Barn-on, EQ mempunyai lima belas kemampuan yang terbagi dalam lima bagian
utama, yaitu:
1. Ketrampilan intra Pribadi
Ketrampilan ini mencakup kemampuan penyadaran
diri, memahami emosi diri, dan mengungkapkan perasaan serta gagasan.
2. Ketrampilan Antar Pribadi
Kemampuan menyadari dan memahami perasaan orang
lain, peduli kepada orang lain secara umum dan menjalin hubungan.
3. Adaptabilitas
Kemampuan menguji perasaan diri, kemampuan
mengukur situasi sesaat secara teliti, mengubah perasaan dan pikiran diri dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah.
4. Strategi Pengelolaan Stress
Kemampuan mengatasi stres dan mengendalikan
luapan emosi.
5. Hal-hal yang berkaitan dengan suasana hati
dan emosi, yaitu kemampuan bersikap optimis, menikmati diri sendiri, menikmati
kebersamaan dengan orang lain dan merasakan serta mengekspresikan kebahagiaan.[7]
D.
Karakteristik Kepemimpinan EQ
Karalteristik kepemimpinan EQ antara lain :
1.
Penyingkapan Diri
Dapat berbagai perasaan merupakan suatu pertanda kekuatan. Sebagian
pemimpin pengekpresian perasaan merupakan tindakan negatif dan akan membatasi
keefektifan adalah benar membuat pengakuan pribadi atau memberikan informasi
yang dapat merugikan reputasi anda atau orang lain adalah tidak bijaksana.
Pengungkapan
diri berarti mengetahui bagaimana mempresentasikan pandangan positif dan cerah.
Orang yang dapat melakukan ini sering membuat lingkungan di mana orang lain
merasa aman mengungkapkan perasaannya. Inilah awal persahabatan yang produktif
dan menciptakan sistem pendukung, kemitraan, produktivitas dan pemecahan
masalah.
2.
Wawasan
Mampu mengenali pola dalam emosi dan reaksi berarti dapat mengenali
kecenderungan tertentu, baik positif maupun negatif apa yang dirinya lakukan
dengan pengetahuan ini akan menetukan tingkatan komitmen terhadap perubahan.
Sering kali dirinya tidak menyadari cara menaklukan diri saat menghadapi orag
khusunya ketika menghadapi emosi.
3.
Tanggung Jawab Pribadi
Memberikan wejangan yang memotivasi merupakan cara menaikkan
potensi karyawan dan mengejawantahkan misi organisasi, bahkan jika tidak ada
tindak lanjut pun, cara ini sebetulnya tidak mengurangi kekuasaan. Namun,
pemimpin akan kehilangan kharisma jika tidak menepati janji karyawan dan
pelanggaran tidak lagi bisa dibodohi dengan retolika dan kharisma mereka
menginginkan tindakan.
4.
Ekspresi
Pernyataan bukan apa yang anda katakan, tetapi bagaimana anda
mengatakan bahwa sesuatu selalu diperhitungkan, memang benar adanya apa yang
anda katakan bisa membuat perbedaan antar pribadi. Misalnya, jika memberitahu
karyawan bahwa ia dipecat, apapun nada anda dalam mengucapkan kalimat ini,
makannya masih sama, berbentuk ungkapan, derajat empati dan pertimbangan
terhadap seseorang dapat membuat respon orang lain berbeda.
5.
Pemegang Saham
Pemimpin dengan sikap pemegang saham memberikan karyawan peluang
berbagi rasa dalam kesuksesan dan tantangan organisasi karyawan diberikan saham
beban untuk merealisasikan misi perusahaan dan bertanggung jawab terhadap apa
yang mereka lakukan. Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana apa yang
mereka lakukan. Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana
mendetegasikan dan memberikan satu posisi dalam lingkungan semacam ini. Orang
merasa memiliki perusahaan dan akan bekerja sebaik-baiknya.[8]
IV.
ANALISIS
Kepemimpinan di terjemahkan
dari kata bahasa inggris “Leadership”, menurut wukir kepemimpinan merupakan
seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak dan mencapai
tujuan bersama, Emosi merupakan istilah atau makna yang masih membingungkan
untuk para ahli filsafat maupun psikolog sampe saat ini. Salah seorang yang
mempelopori kecerdasan emosional adalah Bar-on, seorang psikolog israel yang
menulis konsep ini dalam naskah disertasinya pada tahun 1980an, dalam naskah
tersebut Bar-on mengatakan bahwa emotional intelegent adalah pribadi emosi dan
sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi
tuntutan dan tekanan lingkungannya.
Fungsi dari EQ antara lain :
Survival (kelangsungan hidup), pengambilan kepurusan, kemampuan batasan,
komunikasi, kesatuan. Sementara karakteristik kepemimpinan EQ antara lain :
1.
Penyingkapan diri
2.
Wawasan
3.
Tanggung jawab pribadi
4.
Ekpresi
5.
Pemegang saham
V.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kepemimpinan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan
mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan
mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan.
kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta
mengontrol emosi dengan baik pada dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain.
Karakteristik
kepemimpinan EQ adalah sebagai berikut :
6.
Penyingkapan diri
7.
Wawasan
8.
Tanggung jawab pribadi
9.
Ekpresi
10. Pemegang saham
VI.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami memohon maaf apabila di dalam
penyusunan makalah ini masih tedapat banyak kekurangan dan kesalahan, karena
kesempurnaan hanyalah milik-Nya, dan kami hanyalah manusia yang tidak pernah
luput dari kekurangan dan kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Khomariah, Aan,
Triatna, Cepi, 2008, visionary leadership
menuju sekolah efektif, Jakarta : Buki Aksara
Syukur,
fatah, 2011, Manajemen Pendidikan
Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra.
Wukir,
2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam
Organisasi Sekolah,Yogyakarta : Multi Presindo.
Zamroni
&Umiarso, 2011, ESQ & Model
Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, Semarang :
Rasail Media Group.
[1] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta
: Multi Presindo, 2013). Hlm 134
[2] Zamroni &Umiarso, ESQ & Model Kepemimpinan Pendidikan :
Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, (Semarang : Rasail Media Group,
2011). Hlm 89
[3] Aan
Khomariah, Cepi Triatna, visionary
leadership menuju sekolah efektif, (Jakarta : Buki Aksara, 2008). Hlm 80
[4] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, (Semarang : Pustaka Rizqi
Putra, 2011). Hlm. 31
[5]
http://hierry-makalah.blogspot.co.id/2010/01/eq-dalam%20-kepemimpinan-pendidikan.html
diakses pada 27 September 2016 pukul 20.28 WIB
[6]
Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan
Berbasis Madrasah, (Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011). Hlm. 32
[7] http://farisaherswandaniakhzan.blogspot.com/2012/12/komponen-dasar-kecerdasan-emotional-eq4.html
diakses pada 27 september 2016 pada
pukul 20.56 WIB
[8] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah,
(Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011). Hlm. 36
No comments:
Post a Comment