Sunday 19 February 2017

EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM




EQ DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. H.Fatah Syukur.NC., M. Ag.

Di susun oleh :
1.      Afan Iza Mustofa       (1403036033)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
I.                   PENDAHULUAN
Dunia pendidikan saat ini sering di kritik oleh masyarakat yang disebabkan karena adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan tersebut menunjukkan sikap yang kurang terpuji. Perbuatan tidak terpuji yang dilakukan pelajar tersebut benar-benar telah meresahkan masyarakat dan merepotkan pihak aparat keamanan. Hal tersebut masih ditambah lagi dengan adanya peningkatan jumlah penganggur yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan.
Diantara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan lulusan yang diharapkan adalah karena dunia pendidikan selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan, dan ketrampilan serta, tanpa diimbangi dengan membina kecerdasan emosional. Oleh karena itu, kiranya pemimpin yang berkemampuan dalam dunia pendidikan harus memiliki kecerdasan emosional yang tinggi serta mengupayakan keselarasan dan keseimbangan dalam dunia pendidikan.




II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Pengertian Kepemimpinan?
B.     Apa Pengertian EQ (Emotional Quotient)?
C.     Fungsi EQ Dalam Kepemimpinan Pendidikan?
D.    Bagaimana Karakteristik Kepemimpinan EQ?




III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kepemimpinan.
Kepemimpinan di terjemahkan dari kata bahasa inggris “Leadership”, menurut wukir kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak dan mencapai tujuan bersama.[1] Menurut E Mulyasa seperti di kutip oleh Zamroni dan Umiarso mendefinisikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang orang yang di arahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.[2]
Kepemimpinan adalah hal yang paling dalam organisasi, sebagaimana yng di katakan oleh rasulluah SAW yang artinya :
“Dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata rasulluah bersabda “apabila tiga orang keluar berpergian, hendaklah ia menjadikan salah satu pemimpin”(HR. Abu Dawud).[3]
Pemimpin memiliki peran yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral, kepuasan, kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan tertama tingkat prestasi suatu organisasi. Sebagaimana yang di katakan Handoko (2003) bahwa pemimpin juga memainkan peran penting dalam membantu kelompok organisasi. Sebagaimana di kemukakan Nurkholis (2005:152) setidaknya ada empat alasan mengapa di perlukan sebuah figur pemimpin :
1.      Banyak orang memerlukan figur pemimpin
2.      Dalam situasi tertentu, pemimpin perlu tampil untuk mewakili kelompoknya
3.      Sebagai tempat pegambilan resiko bila terjadi tekanan terhadap sekelompoknya
4.      Sebagai tempat meletakkan kekuasaannya.
Dari berbagai definisi kepemimpinan berikut dapat di tarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang di tetapkan
B.     Pengertian EQ (Emotional Quotient)
Emosi merupakan istilah atau makna yang masih membingungkan untuk para ahli filsafat maupun psikolog sampe saat ini. Salah seorang yang mempelopori kecerdasan emosional adalah Bar-on, seorang psikolog israel yang menulis konsep ini dalam naskah disertasinya pada tahun 1980an, dalam naskah tersebut Bar-on mengatakan bahwa emotional intelegent adalah pribadi emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungannya.
Selain teori yang di kemukakan oleh Bar-on masih ada lagi teori lain yang di kemukakan oleh Peter Salovery dan John Mayer dari Hampshire University. Menurut keduanya emotional intelegence adalah kemampuan untuk memproses informasi yang bersifat emosional yang di dalamnya mengandung persepsi similasi pemahaman dan manajemen emosional. Sementara itu David Goleman mengatakan kecerdasan emotional adalah kemampuan kemampuan seperti memotivasi diri, dan bertahan dalam menghadapi frustasi mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebih lebihan mengatur suasana hati dan mengatur agar hati tetap berfikir jernih, berempati dan optimis[4].
Dari beberapa pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dengan baik pada di rinya sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
C.     Fungsi EQ dalam Kepemimpinan Pendidikan
Kecerdasan emosional adalah kalimat yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Patricia Patton, seorang konsultan profesional sekaligus penulis buku sebagai berikut: it took a heart, soul and brains to lead a people…dan kalimat tersebut diatas terlihat dengan jelas bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki perasaan, keutuhan jiwa dan kemampuan intelektual. Dengan kata lain “modal” yang harus dimiliki seorang pemimpin tidak hanya intelektualitas semata, namun harus didukung oleh kecerdasan emosional (emotional intelligence) komitmen pribadi dan integritas yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai tantangan.
Sering kali kegagalan dialami karena secara emosional seorang pemimpin tidak mau atau tidak dapat memahami dirinya sendiri dan orang lain. Sehingga keputusan yang diambil bukanlah a heartfelt decision, yang mempertimbangkan martabat manusia, melainkan cenderung egois. Seorang kepala sekolah misalnya, di dalam suatu lembaga mutlak memiliki EQ yang tinggi. Sebab tanpa kecerdasan emosional yang melekat pada dirinya, maka hubungan antara atasan dan bawahan tidak terjadi keharmonisan.
Apabila seorang kepala sekolah seorang pemarah, tentunya ia tidak akan disukai oleh seluruh warga sekolah. Ia akan menjadi pribadi yang selalu diingat oleh terutama para murid sebagai momok yang sangat menakutkan. Selain itu ia akan selalu berada dalam ancaman stres akibat ulahnya sendiri. Ini menimbulkan perasaan yang sangat tidak menyenangkan bagi pikiran dan tubuhnya.
Sebagai sebuah sistem yang kompleks, emosi memainkan peranan yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Karena demikian besarnya peranan yang dimainkannya, maka tidak mengherankan jika emosi menjadi begitu penting bagi kehidupan manusia. Ada beberapa alasan yang menjadikannya menjadi suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia:
1.      Survival (kelangsungan hidup)
Alam telah mengembangkan emosi-emosi manusia dalam evolusi jutaan tahun. Sebagai hasilnya, emosi-emosi tersebut mempunyai potensi untuk membantu manusia menjadi sebuah sistem yang memberikan petunjuk bagi masalah yang bersifat internal yang sulit dan kompleks.
2.      Decision making (pengambilan keputusan)
Emosi-emosi manusia merupakan sumber informasi yang sangat berharga. Hal ini dikarenakan emosi-emosi tersebut membantu manusia dalam mengambil keputusan.
3.      Boundary setting (penentuan batasan)
Ketika seseorang merasa tidak nyaman dengan perilaku orang lain, maka emosi-emosinya memberikan peringatan kepadanya. Jika manusia mau belajar untuk mempercayai emosi-emosinya dan merasa percaya diri untuk mengekpresikan dirinya, maka orang lain akan tahu bahwa dia merasakan tidak nyaman seketika dia menyadari perasaannya itu. Hal ini akan membantunya untuk menentukan batasannya dimana hal ini sangat penting untuk melindungi kesehatan psikis dan mentalnya.
4.      Communication (komunikasi)
Emosi-emosi yang ada pada diri manusia akan menganutnya untuk dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh yaitu ekpresi wajah manusia. jika seseorang kelihatan sedih atau sakit hati, maka dia akan memberi tanda kepada orang lain bahwa dia membutuhkan bantuan.
5.       Utility (kesatuan)
 Emosi manusia barangkali merupakan sumber potensi yang sangat besar untuk menyatukan seluruh umat manusia.[5]
Menurut Goleman seperti dikutip oleh Fatah Syukur, EQ sebagaimana yang diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Salovey dan Mayer mempunyai cakupan lima kemampuan dasar. Lima kemampuan dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Self Awarennes (kesadaran diri), yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri sendiri. Indikatornya realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2.      Self Regulation (pengaturan diri), yaitu kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi
3.      Motivasi (motivasi), menggunakan hasrat untuk menuju sasaran, menuntun dan membantu inisiatif dan bertindak sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan frustasi.[6]
4.      Empati, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5.      Social skill (keterampilan sosial), menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dalam tim
Sedangkan menurut teori Barn-on, EQ mempunyai lima belas kemampuan yang terbagi dalam lima bagian utama, yaitu:
1. Ketrampilan intra Pribadi
Ketrampilan ini mencakup kemampuan penyadaran diri, memahami emosi diri, dan mengungkapkan perasaan serta gagasan.
2. Ketrampilan Antar Pribadi
Kemampuan menyadari dan memahami perasaan orang lain, peduli kepada orang lain secara umum dan menjalin hubungan.
3. Adaptabilitas
Kemampuan menguji perasaan diri, kemampuan mengukur situasi sesaat secara teliti, mengubah perasaan dan pikiran diri dan menggunakannya untuk memecahkan masalah.
4. Strategi Pengelolaan Stress
Kemampuan mengatasi stres dan mengendalikan luapan emosi.
5. Hal-hal yang berkaitan dengan suasana hati dan emosi, yaitu kemampuan bersikap optimis, menikmati diri sendiri, menikmati kebersamaan dengan orang lain dan merasakan serta mengekspresikan kebahagiaan.[7]
D.    Karakteristik Kepemimpinan EQ
Karalteristik kepemimpinan EQ antara lain :
1.      Penyingkapan Diri
Dapat berbagai perasaan merupakan suatu pertanda kekuatan. Sebagian pemimpin pengekpresian perasaan merupakan tindakan negatif dan akan membatasi keefektifan adalah benar membuat pengakuan pribadi atau memberikan informasi yang dapat merugikan reputasi anda atau orang lain adalah tidak bijaksana.
Pengungkapan diri berarti mengetahui bagaimana mempresentasikan pandangan positif dan cerah. Orang yang dapat melakukan ini sering membuat lingkungan di mana orang lain merasa aman mengungkapkan perasaannya. Inilah awal persahabatan yang produktif dan menciptakan sistem pendukung, kemitraan, produktivitas dan pemecahan masalah.
2.      Wawasan
Mampu mengenali pola dalam emosi dan reaksi berarti dapat mengenali kecenderungan tertentu, baik positif maupun negatif apa yang dirinya lakukan dengan pengetahuan ini akan menetukan tingkatan komitmen terhadap perubahan. Sering kali dirinya tidak menyadari cara menaklukan diri saat menghadapi orag khusunya ketika menghadapi emosi.
3.      Tanggung Jawab Pribadi
Memberikan wejangan yang memotivasi merupakan cara menaikkan potensi karyawan dan mengejawantahkan misi organisasi, bahkan jika tidak ada tindak lanjut pun, cara ini sebetulnya tidak mengurangi kekuasaan. Namun, pemimpin akan kehilangan kharisma jika tidak menepati janji karyawan dan pelanggaran tidak lagi bisa dibodohi dengan retolika dan kharisma mereka menginginkan tindakan.
4.      Ekspresi
Pernyataan bukan apa yang anda katakan, tetapi bagaimana anda mengatakan bahwa sesuatu selalu diperhitungkan, memang benar adanya apa yang anda katakan bisa membuat perbedaan antar pribadi. Misalnya, jika memberitahu karyawan bahwa ia dipecat, apapun nada anda dalam mengucapkan kalimat ini, makannya masih sama, berbentuk ungkapan, derajat empati dan pertimbangan terhadap seseorang dapat membuat respon orang lain berbeda.
5.      Pemegang Saham
Pemimpin dengan sikap pemegang saham memberikan karyawan peluang berbagi rasa dalam kesuksesan dan tantangan organisasi karyawan diberikan saham beban untuk merealisasikan misi perusahaan dan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana apa yang mereka lakukan. Pemimpin dengan mental seperti ini tahu bagaimana mendetegasikan dan memberikan satu posisi dalam lingkungan semacam ini. Orang merasa memiliki perusahaan dan akan bekerja sebaik-baiknya.[8]

IV.             ANALISIS
Kepemimpinan di terjemahkan dari kata bahasa inggris “Leadership”, menurut wukir kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak dan mencapai tujuan bersama, Emosi merupakan istilah atau makna yang masih membingungkan untuk para ahli filsafat maupun psikolog sampe saat ini. Salah seorang yang mempelopori kecerdasan emosional adalah Bar-on, seorang psikolog israel yang menulis konsep ini dalam naskah disertasinya pada tahun 1980an, dalam naskah tersebut Bar-on mengatakan bahwa emotional intelegent adalah pribadi emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungannya.
Fungsi dari EQ antara lain : Survival (kelangsungan hidup), pengambilan kepurusan, kemampuan batasan, komunikasi, kesatuan. Sementara karakteristik kepemimpinan EQ antara lain :
1.      Penyingkapan diri
2.      Wawasan
3.      Tanggung jawab pribadi
4.      Ekpresi
5.      Pemegang saham

V.                KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerjasama (mengkolaborasi dan mengelaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan.
kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi dengan baik pada dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Karakteristik kepemimpinan EQ adalah sebagai berikut :
6.      Penyingkapan diri
7.      Wawasan
8.      Tanggung jawab pribadi
9.      Ekpresi
10.  Pemegang saham
VI.             PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami memohon maaf apabila di dalam penyusunan makalah ini masih tedapat banyak kekurangan dan kesalahan, karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya, dan kami hanyalah manusia yang tidak pernah luput dari kekurangan dan kesalahan.






















DAFTAR PUSTAKA


Khomariah, Aan, Triatna, Cepi, 2008, visionary leadership menuju sekolah efektif, Jakarta : Buki Aksara
Syukur, fatah, 2011, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, Semarang : Pustaka Rizqi Putra.
Wukir, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah,Yogyakarta : Multi Presindo.
Zamroni &Umiarso, 2011, ESQ & Model Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, Semarang : Rasail Media Group.


[1] Wukir, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi Sekolah, (Yogyakarta : Multi Presindo, 2013). Hlm 134
[2] Zamroni &Umiarso, ESQ & Model Kepemimpinan Pendidikan : Konstruksi Sekolah Berbasis Spiritual, (Semarang : Rasail Media Group, 2011). Hlm 89
[3] Aan Khomariah, Cepi Triatna, visionary leadership menuju sekolah efektif, (Jakarta : Buki Aksara, 2008). Hlm 80
[4] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, (Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011). Hlm. 31
[5] http://hierry-makalah.blogspot.co.id/2010/01/eq-dalam%20-kepemimpinan-pendidikan.html diakses pada 27 September 2016 pukul 20.28 WIB
[6]  Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, (Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011). Hlm. 32
[7] http://farisaherswandaniakhzan.blogspot.com/2012/12/komponen-dasar-kecerdasan-emotional-eq4.html diakses pada 27 september 2016  pada pukul 20.56 WIB
[8] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah, (Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2011). Hlm. 36            

No comments:

Post a Comment