Saturday 25 February 2017

Makalah Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia,Masyarakat,dan Lingkungan



Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Manusia,Masyarakat,dan Lingkungan
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu :Darmu’in,M.Ag




Disusun Oleh :

1.       Nur Hidayah                       (1403036024)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA NEGERI WALISONGO SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2014

BAB I

PENDAHULUAN

Filsafat Pendidikan islam bukanlah cabang ilmu yang berdiri sendiri atau tiba-tiba ada, melainkan adalah perkembangan dari pemikiran filsafat. Karena memang pemikiran filsafat yang diarahkan oleh Filosof meliputi berbagai bidang kehidupan manusia, seperti politik, ekonomi, hukum, dan juga pendidikan. Dari sini dapat dipahami bahwa memang ruang lingkup filsafat itu sendiri tidak terbatas menyangkut segala hal yang berkaitan dengan manusia dan kehidupannya, sehingga filsafat itu kemudian melahirkan berbagai disiplin ilmu, termasuk di dalamnya adalah Filsafat Pendidikan Islam.

Dalam kaitannya dengan pandangan filsafat pendidikan islam memiliki makna sebagai pemikiran yang rasional, mendalam, sistematis, universial, dan spekulasi tentang pendidikan. Karena pendidikan menyangkut problem manusia dengan kehidupannya yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan, maka secara garis besarnya filsafat pendidikan meliputi pemikiran mengenai bagaimana terhadap manusia, hubungan dengan masyarakat,dan lingkungan, potensi yang dimilikinya, kemungkinan-kemungkinannya untuk dididik dan sebagainya.

Oleh karena itu, dalam tulisan yang sederhana ini, penulis ingin mencoba memaparkan dan memberikan pemikiran yang sederhana tentang Bagaimana Pandangan Filsafat pendidikan islam terhadap manusia, Masyarakat, dan Lingkungan itu?


Rumusan Masalah

Bagaimana Menelaah tentang hakikat manusia,masyarakat,dan lingkungan dalam persepektif filsafat pendidikan islam?



BAB II

PEMBAHASAN

PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA

Keyakinan tentang manusia itu makhluk yang termulia dari segenap makhluk dan wujud lain yang ada di alam jagat ini.Allah kurniakan keutamaan yang membedakan dari makhluk lain.dengan kurnia itu manusia berhak mendapat penghormatan dari makhluk-makhluk lain.

Islam menerangkan dengan terang segala aspek yang berhubungan dengan insan(manusia) di dunia dan akhirat.perkataan insan telah disebutkan dalam al-Quran surah Al’Alaq.

Yang pertama :Menerangkan bahwa insan itu dijadikan dari ‘alaq(segumpal darah)

yang kedua:Menerangkan ciri atau dayanya untuk berilmu.

Yang ketiga:Mengingatkan bahwa insan itu boleh menjadi diktator apabila ia bersifat congkak dan merasa tidak perlu lagi dengan penciptanya atau menurut penciptanya.

Ayat yang menjelaskan tentang kejadian manusia umumnya adalah dalam kontek memberi penghormatan atau diambil I’tibar dari kejadian itu.antaranya ada yang melukiskan tentang kekuasaan Allah untuk membangkitkan atau menghidupkan kembali insan itu dari kuburnya maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan.

“Dia diciptakan dari air yang terpancar.yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.sesungguhnya Allah benar-benar berkuasa untuk mengembalikannya(hidup sesudah mati)[1]

Dalam Islam menghormati dan memuliakan seseorang insan bukanlah karena bangsa,warna,perwatakan,harta,pangkat,atau keturunannya.seperti pada Firman Allah:”yang paling mulia antara kamu ialah yang paling taqwa.”[2]

Rasul bersabda :”tidak ada kelebihan Arab atas ‘ajam kecuali dengan taqwa.”

Tentang hakikat insan para ahli falsafah dan cendekiawan telah memberikan definisi dengan berbagai ungkapan.antara definisi tersebut ialah:

1.      Definisi ahli filsafah sebagai berikut :Insan adalah binatang yang berkata-kata ,atau berbahasa atau insan adalah binatang yang berfikir.

2.      Definisi para ahli bahasa : insan adalah binatang(makhluk)yang bisa menggunakan bahasa dan menciptakan istilah terhadap benda-benda disekitarnya,memberi nama sesuatu untuk dikenali dan dapat diperkenalkan.

3.      Ahli agama menta’rifkan insan sebagai binatang (makhluk yang beragama).atau makhluk yang punya cenderung untuk beriman dengan yang ghaib.atau makhluk yang mampu membedakan antara halal dan yang haram.

4.      Ahli ilmu ethika menta’rifkan insan sebagai binatang (makhluk berakhlak).atau makhluk yang punya kebebasan untuk memilih alternatif,dan bertanggung jawab terhadap pilihanya yang dilakukan secara bebas itu.

5.      Ahli ekonomi dan sosiologi menta’rifkan insan sebagai makhluk berakhlak sosial.

Dari definisi-definisi ini kita simpulkan definisi yang dibuat oleh ahli filsafah yang tersusun dari”hewan ,”dan “berbicara.”ia boleh meliputi semua ciri dalam definisi –definisi lain ,jika sekiranya difahami secara integral dan luas.apa ciri serta arti yang terkandung dalam definisi Lain itu sebenarnya boleh saja dirujuk secara langsung atau tidak langsung kepada watak dan sifat”berkata”bertutur atau daya berfikir.Berkata adalah ciri insan yang paling menonjol.dasar dan alat berkata ialah bahasa.Tanpa bahasa insan pasti tidak mampu mengerti hakikat yang menyangkut tentang diri secara mendalam.umpamanya tentang hakikat yang menyangkut tentang hakikat atau kadar kebebasan ,soal nilai,dan soal milik.oleh sebab itu bahasa merupakan titik pertemuan bagi pernyataan sikap bagi pribadi-pribadi insan maka bahasa mestilah diberikan keutamaan dalam membicarakan soal insan.bahasa adalah saripati perkataan dan acuan yang mencantumkan potongan-potongan ayat sehingga membawa arti bertujuan dan menjadi media mengalirkan fikiran.[3]

seperti yang ditegaskan oleh al-Quran:”ia (Allah)mengajar (manusia)akan Al quran.ia menciptakan dan mengajarnya “al Bayan”(cara menerangkan sesuatu)” [4]

Selama-lamanya insan akan (terus) menjadi hamba kepada pencipta yang maha agung.dan oleh karena itulah tidak ada yang lebih wajar baginya.Sebab wujud pencipta adalah suatu yang pasti akan tidak dapat digugat selama ia masih tetap menjadi hamba penciptanya.[5]

Ibadah itu sendiri menurut islam bukanlah terbatas terhadap kepada beberapa upacara ibadat yang lumrah seperti sembahyang,puasa,zakat dan haji,bahkan merangkumi setiap pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh insan dengan niat ibadah dan mentaati Allah s.w.t. Pada hakikatnya manusia di samping mempunyai kecenderungan beragama juga mempunyai kecenderungan berakhlak,mampu membedakan yang baik dan buruk.

Dalam membangun hidupnya insan Muslim juga menurut perintah Nabinya seperti yang terdapat dalam hadits-hadits beliau.seperti :

اِءْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا،وَاعْمَلْ لِاخِرَاتِكَ كَأ نَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

perbuatlah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya,dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok”

Islam juga memupuk kesadaran atau “sense of belonging”terhadap masyarakat dan bahwa di satu sela yang terpenting dalam masyarakat.

Menurut Islam dunia adalah ladang tanaman untuk mendapatkan hasilnya diakhirat.dan insan khalifah Allah di bumi.tujuan kegiatan ekonominya ialah memakmurkan dunia.jika Allah mencipta insan tanpa naluri dan syahwat niscaya pupuslah dia.jika dijadikannya tanpa akal niscaya dia binasa.jika diciptakanya insan tanpa kebebasan maka jadilah ibadahnya sebagai suatu yang terpaksa dan hilanglah arti ibadahnya.[6]

Jika kecintaan keagamaan telah tumbuh dalam hati seseorang maka akan kita dapati beberapa perubahan.apa yang ditakuti oleh orang biasa tidak lagi begitu menakutkannya .pembunuhan,kezaliman dan siksa tidak lagi menakutkan.yang ditakuti ialah kemurkaan Allah s.w.t dan ketidak relaanya karena kelalaian untuk berkorban nyawa mempertahankan agamanya.[7]


PRINSIP  DAN PANDANGAN YANG MENJADI DASAR PANDANGAN ISLAM TERHADAP MASYARAKAT


            Bila kita membbicarakan masyarakat dan yang berkaitan dengannya dari kacamata Isam maka kita tidaklah keluar dari bidang pendidikan atau falsafah pedidikan Islam yang kita berikan keutamaan dalam uraian ini. Masyarakat itu sendiri merupakan faktor yang pokok mempengaruhi pendidikan, di samping ia merupakan arena tempat berkisarnya proses pendidikan. Dari masyarakat proses pendidikan mengambil tujuannya, kurikulum, cara, alat pendidikan dan falsafah yang di hayati oleh masyarakat. Seorang pendidik tidak mungkin menentukan falsafah pendidikannya tanpa menentukan konsepnya tentang masyarakat yang ber-kaitan dengan falsafah pendidikan itu sendiri. Di samping menginsyafi Islam sebagai Din Wa Daulah (agama dan Negara). Sistem hidupnya yang menyeluruh dan sempurna, Islam mempunyai pandangan tersendiri tentang masyarakat dan kehidupan.Adapun beberapa prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam tentang masyarakat.

Prinsip Pertama

            Mengakui bahwa masyarakat dalam  pengertian yang paling sederhana ialah kumpulan individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Termasuk segala jalinan hubungan yang timbal balik, kepentingan bersama, adat kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, system hidup, undang-undang, institusi dan segala segi dan fenomena yang di rangkum oleh masyarakat dalam pengertian luas dan baru.

            Dalam sumber-sumber islam yang pokok seperti Al Qur-an, Sunnah dan Riwayat Salafus Saleh mungkin tidak di temui definisi masyarakat sebagaimana dalam ilmu sosiologi modern. Tapi kendati demikian tidak ada suatu teks pun dari sumber pokok  itu yang melarang pengambilan definisi masyarakat yang luas atau apa juga yang lain selama tidak bertentangan dengan dasar metodenya yang umum.

Prinsip Kedua

            Meyakini bahwa masyarakat Islam mempunyai sikap dan cirinya yang ter-sendiri. Ini menyebabkan masyarakat islam benar-benar menjadi masyarakat ideal yang menjadi contoh manusia sejagat untuk menikmati kebahagiaan, kemakmuran dan memenuhi kebuuhan rohani dan jasmani.masyarakat yang boleh di anggap masyarakat Islam adalah masyarakat yang mengetrapkan Islam dalam aspek aqidah ibadah, akhlak, undang-undang  dan sistem islam.

Ciri yang harus di miliki masyarakat islam diantaranya.

a.       Masyarakat Islam Wujud atas tonggak iman kepada Allah, para Nabi, Rasul, Kitab-Kitab Samawi, Hari Kiamat, Hari Kebangkitan, Hari Berkumpul di Padang Masyar, Perhitungan dan Balasan.

b.      Agama di letakan pada proporsi yang tertinggi. Segala urusan hidup di kembalikan kepada hukum, hakimnya sesuai dengan Al Qur-an yang menyeru supaya pertikaian di kembalikan kepada putusan Allah dan Rasul. Artinya merujuk prinsip dan dasar yang di kandung oleh ajaran Allah dan Rasul.

c.       Penilaian yang tinggi di berikan kepada akhlak dan tatasusila. Segala kegiatan dan perbuatan insan ditundukkan kepada prinsip dan metode yang telah diterima olehnya sebagai prinsip insaniah yang jelas.

d.      Ilmu diberi perhatian yang berat. Ilmu yang benar dianggap sebaik cara untuk memantapkan akidah dan agama. Ilmu yang benar ini jugalah sebagai satu cara mencapai kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan menambah produktivitas. Hal ini adalah di anggap sebagai persyaratan dalam pelaksanaan tugas sebagai wakil Allah di bumi. Dengan ilmu ini juga dapat memperbaiki taraf hidup dan kemampuan menggunakan segala tenaga rahasia dan undang-undang alam.

e.       Masyarakat islam menghormati dan menjaga kehormatan insan.

f.       Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar.

g.      Masyarakat islam ialah masyarakat yang dinamik.

h.      Kerja mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam masyarakat islam.

i.        Nilai dan peranan harta di perhitungkan untuk menjaga kehormatan insan dan membangun masyarakat umat. Pemilik harta yang hakiki dalam pengertian luas adalah Allah.

Dalam masyarakat Islam, hak kepemilikan di lindungi sekiranya ada syarat-syarat berikut:

1.      Di dapatkan dari harta yang halal dan juga keuntungan yang halal.

2.      Penyaluran harta secara yang direlai oleh syara’, bukan karena maksiat.

3.      Tidak ditumpuk.

j.        Kekuatan dan keteguhan yang di lentur oleh agama, akhlak dan ukuran kebenaran, keadilan, kasih saying dan ciri-ciri insaniyah yang luhur dijadikan tujuan.

k.      Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka, bisa menerima pengaruh yang baik dari masyarakat atau ilmu pengetahuannya.

l.        Masyarakat Islam bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, tolong menolong, bantu membantu antara satu sama lain.


Prinsip Ketiga

            Meyakini bahwa asas untuk membina masyarakat ialah akidah kepercayaan bahwa Allah itu wujud dan Esa.Meyakini utusannya yaitu para Rasul.Beriman dengan hari kebangkitan. Keyakinan ini begitu terpelihara sehingga jika timbul ragu dan prasangka terhadap kebenaran yang telah disebutkan itu, atau luntur keyakinan terhadapnya maka tidaklah dianggap sebagai masyarakat islam. Karena iman kepada Allah, Qadha’ dan Qadar, Hari Akhirat, Kebangkitan, Perhitungan dan Pembalasan adalah salah satu tiang asas masyarakat Islam.Tanpa asas itu tidak mungkin wujud masyarakat Islam.

Prinsip Keempat

            Meyakini bahwa agama dalam pengertian luas yang merangkum setiap yang berhubungan dengan akidah, ibadah, pergaulan sesama manusia ialah teras dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.Agama pada hakikatnya mengarahkan konsep hidup insan, hubungannya dengan Tuhan, jagat raya, pribadi dan kelompok masyarakat.Agama adalah pengasuh yang baik terhadap hati nurani (dlomir) insan.Mendidik akhlak, perasaan dan emosinya.Agamalah sebaik menyelesaikan masalah hidup insan.

Prinsip Kelima

            Meyakini bahwa ilmu yang sebenar-benarnya adalah sebaik-baik asas sesudah iman, agama dan akhlak untuk mencapai kemajuan, kekuatan dan kemakmuran masyarakat, baik dalam bidang material maupun spiritual.Ilmu adalah sebaik alat masyarakat untuk mengkaji masalah yang dihadapinya dan untuk mencari masalah yang konkrit.

            Orang-orang islam terdahulu tidak menemukan pertentangan antara agama dan ilmu. Yang mereka tahu adalah keharmonisan dan akrabnya hubungan antara keduanya.Mereka mengerti sejak awal-awal dakwah Islam bahwa agama yang benar tidak mungkin bertentangan dengan ilmu agama yang menentang hakikat dan fakta ilmu berarti menempuh mati. Kelak dengan demikian akan dibuktikan kepalsuannya bahwa itu bukan wahyu dari Allah.

Prinsip Keenam

            Menginsyafi bahwa masyarakat seperti itu juga segala yang wujud di alam ini senantiasa akan berubah. Perubahan ini meliputi binaan dan struktur masyarakat, susun lapis, sistem, kebudayaan, nilai, akhlak dan cara hidup, tradisi, kebiasaan, undang-undang dan segala sesuatu yang ada dalam masyarakat tersebut. Perubahan ini berlaku karena faktor internal dan external.Ia tidak berlaku secara mendadak, tapi perlahan-lahan mengikuti disiplin tertentu. Bahwa perubahan sosial itu sendiri tidak membawa sikap buruk atau baik.Tidak senantiasa menuju kearah yang lebih baik, Atau mungkin malah menuju arah yang lebih buruk.

Prinsip Ketujuh

            Mengakui harga diri insan dari peri perlunya perorangan dalam hidup bermasyarakat.Pribadi merupakan sel atau unit pertama bagi terbentuknya masyarakat manusia.Dari orang sesamanya terbentuk keluarga, suku, kabilah, bangsa dan umat manusia seluruhnya.Pribadi yang saleh asas terdirinya masyarakat yang saleh, pribadi dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dari keduanya terbit tenaga yang saling bekerjasama saling menyempurnakan antara satu dengan yang lain.

Inilah yang diinsyafi masyarakat musilim dan masyarakat islam dan yang tercermin dalam implementasi hidup mereka dizaman kegemilangan kebudayaan Islam, yaitu dizaman masyarakat itu benar-benar masyarakat Islam, melaksanakan ajaran Islam, hidup atas dasar dan sistem yang digariskan oleh Islam.

Prinsip Kedelapan

Menginsyafi bahwa keluarga merupakan unit pertama bagi masyarakat pada tahap institusi. Hal ini merupakan jembatan meniti bagi generasi yang akan dating. Keluarga adalah sistem yang paling khusus dan paling tesendiri.Keluarga merupakan persekitaran yang mula-mula sekali dihayati oleh bayi selepas lahir. Didalam ia lahir dan mengambil asas-asas bahasa, nilai, ukuran perilaku, kebiasaan, kecenderungan dan sosial dan lunas-lunas keperibadian. Keluarga merupakan kerjasama antara laki-laki dan perempuan dan bidang pembentukan pertama bagi seorang bayi.

            Untuk lebih menjelaskan lagi prinsip ini kita petik dan perturunkan beberapa naskah yang menguatkan prinsip ini dengan ulasan uraiannya.

            “Sistem kekeluargaan yang di akui oleh Islam ialah system AL Usrah Azzaujiah (suami istri) yaitu keluarga itu terdiri atas suami isteri dan anak-anak.Sebab mereka menikah sehingga mereka membentuk suatu keluarga.Dalam Islam keluarga dalam pengertian luas tidak hanya mengandung isteri dan anak-anak serta keturunan mereka.Tetapi juga merangkum Induk keturunan baik bapa atau ibu.Jadinya kakek dan nenek juga anak cucu bapa dan ibu, yaitu saudara lelaki dan perempuan serta anak-anak mereka, termasuk juga paman dan bibi.

Prinsip Kesembilan

Percaya bahwa segala perkara yang dapat menciptakan tolong menolong setia kawan, kait mengait, persaudaraan, kasih mengasihi, cinta mencintai dan kerjasama antara manusia, juga yang menciptakan keadilan dan keseimbangan diantara mereka, dan juga yang akan melaksanakan kemaslahatan umum, kekuatan, kemajuan, kesatuan dan persatuan mereka merupakan teras tujuan-tujuan syari’at Islam dan termasuk maksud yang ingin di capai agama Islam yang suci. Oleh sebab itu haruslah digalakkan, diberi jalan dan dihilangkan segala rintangan agar terwujud masyarakat yang kuat, setia kawan, interdependent, bersaudara, berhubungan satu sama lain dan selalu bertujuan kearah kemajuan dan kemuliaan.

Adapun beberapa prinsip dalam masyarakat Islam, yaitu:

1.      Prinsip maslahat umum

2.      Prinsip keadilan

3.      Prinsip persamaan

4.      Prinsip keseimbangan sosial

5.      Prinsip jaminan dan setia kawan


PANDANGAN ISLAM TERHADAP LINGKUNGAN ATAU ALAM


Menurut sejarah Filsafat, Filsafat yang pertama lahir adalah filsafat Alam. Filsafat ini adalah Filsafat Yunani yang digarap oleh orang orang Yunan, tapi bukan didaerah Yunani sendir. Filsafat ini dicetuskan sendiri oleh orang orang Yunani perantauan yang mengembara ke negeri lain, terutama Asia kecil. Mereka terpaksa merantau dari negerinya, karena tanah Yunani itu tidak subur, yang terdiri dari tanah pegunungan. Mereka meninggalkan Yunani dan merantau ke pulau-pulau sekitar laut Egia dan daratan Asia Kecil.

           Dari sebuah kota bernama Miletos di Asia Kecil, lahirlah Filsafat Alam pertama yang dicetuskan oleh ahli filsafat pertama yang bernama Thales, yang menyatakan asal segala sesuatu adalah air. Filsafat ini dilanjutkan oleh muridnya, Anaximandros, yang menyebutkan bahwa awal dari segala sesuatu adalah Apeiron, yaitu suatu zat yang tidak terbatas. Filsafat Anaximandros diteruskan oleh muridnya, Anaximenes, yang berpendirian bahwa asal usul alam semesta ini adalah udara. Dan kota Miletos inilah, filsafat alam menyebar ke kota kota lain seperti Ephesos dengan tokohnya Herakleitos dan kota Elea dengan tokohnya senophanes, Parmeides, dan Zeno. Demikianlah seterusnya hingga muncul Plato dengan Filsafat idealisme dan Aristoteles dengan realism.Keduanya merupakan cikal bakal dari berbagai macam aliran Filsafat. Yang pertama menekankan akal dan yang kedua menekankan indra.

           Sejalan dengan  itu, Islam pun mengajarkan bahwa manusia diperintahkan terlebih dahulu untuk mengetahui alam dan seisinya, sebelum mengetahui dan memikirkan Penciptanya. Filsafat alam merupakan salah satu dari trilogy metafisika, di samping filsafat Masyarakat dan Filsafat manusia. Berikut ini akan dikemukakan berbagai pandangan filsafat islam mengenai hakikat Alam,Alam dan Lingkungan Pendidikan [8]


 1.Hakikat Alam

Menurut Al Jurjani, dalam kitab Al-Tarfat, tema “alam” secara bahasa berarti segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali, sedangkan secara terminology berarti segala sesuatu yang maujud (maujudat) selain allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali, baik dari segi nama maupun sifatnya. (Ali bin Muhammad al-jurjani: 145). Segala sesuatu selain Allah, itulah alam secara sederhana. Pengertian ini merupakan pengertian teotologis, dalam arti yang berdasarkan dikemukakan oleh para teotolog islam. Adapun secara filosofis “alam” adalah kumpulan jaubar (substansi) yang tersusun dari materi (maddab) dn bentuk (shurab) yang ada di langit dan bumi.(Jamil Shabila, 1973: 45). Segala sesuatu yang ada di bumi dan langit ini adalah Alam berdasarkan rumusan Filsafat. Alam dalam pengertian ini merupakan alam semesta atau jagat raya, yang dalam bahasa inggris disebut universe. (John M. Echols, 1996: 618)[9]


2.Alam Dan Lingkungan Pendidikan

Lingkungan dalam arti luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat  dkk,1996dalam alam kehidupan. Ia adalah seluruh yang ada, baik berupa manusia maupun benda, alam bergerak ataupun tidak bergerak. (Zakiah Darajat, dkk, 1996: 63-64). Dengan demikian, lingkungan adalah sesuatu yang melingkupi hidup dan kehidupan manusia.

Adapun lingkungan pendidikan secara sederhana berarti lingkungan tempat terjadinya pendidikan. M.Arifin menyebut lingkungan pendidikan dengan istilah lembaga pendidikan. Menurutnya, salah satu factor yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan islam secara konsisten dan berkesinambungan adalah institusi atau lembaga pendidikan islam. (M. Arifin, 1996: 83). Abudin Nata memahami lingkungan pendidikan islam seagai salah satu institusi atau lembaga tempat pendidikan itu berlangsung. Di dalamnya terdapat cirri cirri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik. Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai penunjang terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara aman, tertib dan berkelanjutan.

Menurut Sutari Imam Bamadid, lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang segala sesuatu yang ada di sekitar anak didik. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan disini merupakan alam sekitar (milieu). Alam sekitar dipandang sebagai salah satu factor penentu proses pelaksanaan pendidikan, meskipun ia tidak bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Beberapa ahli membagi lingkungan pendidikan kedalam 3 lembaga yaitu lingkunagan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan merupakan mata rantai yang tidak boleh diputuskan, (Abudin Nata, 1997: 111-112)

Dari beberapa prinsip filsafat pendidikan islam tentang alam, telah disebutkan bahwa alam semesta merupakan penentu keberhasilam proses mendidik. Adanya interaksi dari peserta didik dengan benda atau lingkungan alam tempat sekitar kita merupakan prinsip filsafat kehidupan.

Adapun prinsip-rinsip Filsafat pendidikan islam tentang alam dan lingkungan antara lain :

1)      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat, hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi peserta didik dengan benda dan lingkungan Alam sekitar mereka hidup.

2)      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau Universe, baik yang mated maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri sendiri.

3)      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terdiri dari dua kategori: Alam benda dan Alam ruh, harus dipandang oleh satu kesatuan yang tidak bisa dipisah pisahkan.

4)      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dengan segala macam manesvitasi, elemen-elemen, dan unsure-unsurnya itu berubah dan selalu bergerak sesuai hokum dan tujuan yang telah digariskan Peciptanya.

5)      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan teratur itu harus dipahami sebagai keajaiban dan kegungan sang Pencipta.

6)      Filsafat Pendidikan Islam, meskipun percaya bahwa di ala mini terjadi hubungan kasual (sebab-akibat), akan tetapi ini terjadi secara mutlak.

7)      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semestaini bukanlah musuh dari manusia dan bukan merupakan penghalang bagi kemajuan manusia.

8)      Filsafat Pendidikan Islam ini percaya bahwa alam semsta dan seluruh isinya itu bersifat baru.

9)      Filsafat PendidikanIslam percaya bahwa kekekalan dan keabadian Allah sebagai pencipta merupakan hal yang keluar dan bebas dari hokum ala mini.

10)  Filsafat Pendidikan Islam ini percaya bahwa Allah adalah sumber Alam semesta.[10]

Islam juga mengajarkan bahwa Alam diciptakan sebagai sebuah panggung theater untuk manusia, sebuah lading untuk tumbuh dan memakmurkan, untuk mensyukuri nikmat dan anugrah Allah, dan untuk menyatakan diri sebagai seseorang yang berharga secara etis. Hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan alam semsesta atau lingkungan adalah sebagai berikut :

a)      Alam bukanlah kepunyaan manusia, melainkan milik Allah, manusia mendapat amanah dari Allah untuk suatu tujuan yang diperintahkan olehnya, yaitu sebagai pengelola alam. Manusia diharapkan mengembalikan amanah itu kepada Allah dalam keadaan yang lebih baik

b)      Alam semesta, bagaimana yang sudah terjadi, dapat diarahkan menuju suatu perubahan yang dikehendaki. Alam diciptakan dalam keadaan yang masih berkembang, dan masih terbuka bagi keterlibatan manusia dalam proses dan penaklukan hokum-hukumnya dalam suatu usaha yang nyata.

c)      Dalam pengelolaan dan pemanfaatan alam, manusia diperintahkan untuk bertindak secara moral, tidak boleh mengeksploitasi sumber daya Alam yang menyebabkan kerusakan hilangnya keseimbangan, keserasian, dan keharmonisan.

d)     Islam mewajibkan kepada manusia untuk mengkaji dan memahami tanda-tanda Allah di Alam, Allah tidak sekedar menyusun ilmu Alam, tetapi juga menyusun keraturan Alam.[11]


BAB IV

PENUTUP


Sebagai manusia yang mempunyai keyakinan akan kekuatan Tuhan, maka pendidikan yang ideal adalah kembali untuk Tuhan sedangkan proses untuk sampe ke tujuan akhir itu adalah memanfaatkan Alam sebagai sarana dengan bijak, yang dalam islam disebut dengan akhlak karimah. Jadi keseimbangan antara kepentingan manusia, Tuhan dan Alam menunjukan keberhasilan kependidikan.

            Manusia diciptakan untuk berbakti pada tuhan dengan penuh ikhlas. Fungsi pendidikan adalah mengantarkan manusia menuju tuhan. Oleh karena itu, pendidikan sebagai sarana pengejewantahan Alam menjadi sangat urgen untuk menggunakan proses dan prosedur pemanfaatan Alam secara maksimal. Dalam menggunakan proses dan prosedur pemanfaatan Alam ini, Manusia dibekali Tuhan dengan sifat-sifat ketuhanan, yakni sifat kodrat iradah Tuhan. Sehingga manusia mampu melakukan oleh potensi pemanfaatan Alam oleh karena itu kesimpulannya adalah untuk mencapai kesempurnaan harus ada tiga kecerdasan yang peratama kecerdasan spiritual, ke dua kecerdasan emosional, dan tiga kecerdasan intelektual.[12]

            Demikianlah makalah yang telah kami buat, jika ada kritik dan saran yang membangun dalam konteks positif sangat kami harapkan karena untuk perbaikan makalah yang akan dating, dan jika kami ada kesalahan, mohon maaf yang s ebesar-besarnya, karena kami sebagai manusia tidak luput dari kesalahan baik kesalahn yang disengaja ataupun tidak disengaja.







DAFTAR PUSTAKA

As-syaibani, Ai-toumy, 1979, Falsafah pendidikan islam, jakarta:bulan bintang

Zaenudin, H, 2013, Filsafat Pendidikan Islam, Semarang: Media Campus Indonesia Haris, Abd, 2012, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset

Riyadi, Ahmad, 2010, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakart : Penerbit Teras









[1] Surah ath thariq ayat :5-8

[2] Surah Al-Hujurat ayat :13

[3] Mohd.Aziz Al Habbabi dalam bukunya “Al insan Hayawanun yata kalam.” “Al Asahalah “sebuah majalah Aljeria yang dikeluarkan oleh kementerian pembelajaran dan urusan agama tahun III bil.16 Sept./o ct.,1973 hal:71-82.

[4] Surah Ar-Rahman ayat :4

[5] Mohd.said Ramadhan Al Buthi “Nizamus Sulukil Insani In ikasun li waqi’in Nizam Al Kauni.”Majallah Al Wa’yul Islami Bil.103 ogos 197.hal 70-75

[6] Nadimul Jisr “Al quran fit tarbiatil islamiah “Fit taujihil islami lisysyabab(dari kajian mu’tamar Majma’ul Buhuth Al Islamiah)Kaherah AL AZHAR ASY-SYARIF Majma’ul buhuth Al Islamiah 1971,hal :86

[7] Prof.Omar muhammad Al-Toumy As-Syaibani,Falsafah pendidikan islam,(jakarta:bulan bintang,1979).hal:159

[8]. Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Media Campus Indonesia, 2013), hlm 95-97

[9] Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Media Campus Indonesia, 2013), hlm 97

[10] Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang: Media Campus Indonesia, 2013), hlm 101-102

[11] Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2012), hlm 92-93

[12] Dr Ahmad Ali Riyadi, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakart : Penerbit Teras, 2010), hlm 186-189.

No comments:

Post a Comment