Pandangan Filsafat Pendidikan Islam
Terhadap Manusia,Masyarakat,dan Lingkungan
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :Filsafat Pendidikan
Islam
Dosen Pengampu :Darmu’in,M.Ag
Disusun Oleh :
1. Nur Hidayah (1403036024)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA NEGERI WALISONGO
SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat Pendidikan islam bukanlah cabang ilmu yang berdiri sendiri
atau tiba-tiba ada, melainkan adalah perkembangan dari pemikiran filsafat.
Karena memang pemikiran filsafat yang diarahkan oleh Filosof meliputi berbagai
bidang kehidupan manusia, seperti politik, ekonomi, hukum, dan juga pendidikan.
Dari sini dapat dipahami bahwa memang ruang lingkup filsafat itu sendiri tidak
terbatas menyangkut segala hal yang berkaitan dengan manusia dan kehidupannya,
sehingga filsafat itu kemudian melahirkan berbagai disiplin ilmu, termasuk di
dalamnya adalah Filsafat Pendidikan Islam.
Dalam kaitannya dengan pandangan filsafat pendidikan islam memiliki
makna sebagai pemikiran yang rasional, mendalam, sistematis, universial, dan
spekulasi tentang pendidikan. Karena pendidikan menyangkut problem manusia
dengan kehidupannya yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan, maka secara
garis besarnya filsafat pendidikan meliputi pemikiran mengenai bagaimana
terhadap manusia, hubungan dengan masyarakat,dan lingkungan, potensi yang
dimilikinya, kemungkinan-kemungkinannya untuk dididik dan sebagainya.
Oleh karena itu, dalam tulisan yang sederhana ini, penulis ingin
mencoba memaparkan dan memberikan pemikiran yang sederhana tentang Bagaimana
Pandangan Filsafat pendidikan islam terhadap manusia, Masyarakat, dan
Lingkungan itu?
Rumusan Masalah
Bagaimana Menelaah tentang hakikat manusia,masyarakat,dan
lingkungan dalam persepektif filsafat pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN
PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA
Keyakinan tentang manusia itu makhluk yang termulia dari segenap
makhluk dan wujud lain yang ada di alam jagat ini.Allah kurniakan keutamaan
yang membedakan dari makhluk lain.dengan kurnia itu manusia berhak mendapat
penghormatan dari makhluk-makhluk lain.
Islam menerangkan dengan terang segala aspek yang berhubungan
dengan insan(manusia) di dunia dan akhirat.perkataan insan telah disebutkan
dalam al-Quran surah Al’Alaq.
Yang pertama :Menerangkan bahwa insan itu dijadikan dari
‘alaq(segumpal darah)
yang kedua:Menerangkan ciri atau dayanya untuk berilmu.
Yang ketiga:Mengingatkan bahwa insan itu boleh menjadi diktator
apabila ia bersifat congkak dan merasa tidak perlu lagi dengan penciptanya atau
menurut penciptanya.
Ayat yang menjelaskan tentang kejadian manusia umumnya adalah dalam
kontek memberi penghormatan atau diambil I’tibar dari kejadian itu.antaranya
ada yang melukiskan tentang kekuasaan Allah untuk membangkitkan atau
menghidupkan kembali insan itu dari kuburnya maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan.
“Dia diciptakan dari air yang terpancar.yang keluar dari antara
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.sesungguhnya Allah benar-benar
berkuasa untuk mengembalikannya(hidup sesudah mati)[1]
Dalam Islam menghormati dan memuliakan seseorang insan bukanlah
karena bangsa,warna,perwatakan,harta,pangkat,atau keturunannya.seperti pada
Firman Allah:”yang paling mulia antara kamu ialah yang paling taqwa.”[2]
Rasul bersabda :”tidak ada kelebihan Arab atas ‘ajam kecuali dengan
taqwa.”
Tentang hakikat insan para ahli falsafah dan cendekiawan telah
memberikan definisi dengan berbagai ungkapan.antara definisi tersebut ialah:
1. Definisi ahli
filsafah sebagai berikut :Insan adalah binatang yang berkata-kata ,atau
berbahasa atau insan adalah binatang yang berfikir.
2. Definisi para ahli
bahasa : insan adalah binatang(makhluk)yang bisa menggunakan bahasa dan
menciptakan istilah terhadap benda-benda disekitarnya,memberi nama sesuatu
untuk dikenali dan dapat diperkenalkan.
3. Ahli agama
menta’rifkan insan sebagai binatang (makhluk yang beragama).atau makhluk yang
punya cenderung untuk beriman dengan yang ghaib.atau makhluk yang mampu
membedakan antara halal dan yang haram.
4. Ahli ilmu ethika
menta’rifkan insan sebagai binatang (makhluk berakhlak).atau makhluk yang punya
kebebasan untuk memilih alternatif,dan bertanggung jawab terhadap pilihanya
yang dilakukan secara bebas itu.
5. Ahli ekonomi dan
sosiologi menta’rifkan insan sebagai makhluk berakhlak sosial.
Dari definisi-definisi ini kita simpulkan definisi yang dibuat oleh
ahli filsafah yang tersusun dari”hewan ,”dan “berbicara.”ia boleh meliputi
semua ciri dalam definisi –definisi lain ,jika sekiranya difahami secara
integral dan luas.apa ciri serta arti yang terkandung dalam definisi Lain itu
sebenarnya boleh saja dirujuk secara langsung atau tidak langsung kepada watak
dan sifat”berkata”bertutur atau daya berfikir.Berkata adalah ciri insan yang
paling menonjol.dasar dan alat berkata ialah bahasa.Tanpa bahasa insan pasti
tidak mampu mengerti hakikat yang menyangkut tentang diri secara
mendalam.umpamanya tentang hakikat yang menyangkut tentang hakikat atau kadar
kebebasan ,soal nilai,dan soal milik.oleh sebab itu bahasa merupakan titik
pertemuan bagi pernyataan sikap bagi pribadi-pribadi insan maka bahasa mestilah
diberikan keutamaan dalam membicarakan soal insan.bahasa adalah saripati
perkataan dan acuan yang mencantumkan potongan-potongan ayat sehingga membawa
arti bertujuan dan menjadi media mengalirkan fikiran.[3]
seperti yang ditegaskan oleh al-Quran:”ia (Allah)mengajar
(manusia)akan Al quran.ia menciptakan dan mengajarnya “al Bayan”(cara
menerangkan sesuatu)” [4]
Selama-lamanya insan akan (terus) menjadi hamba kepada pencipta
yang maha agung.dan oleh karena itulah tidak ada yang lebih wajar baginya.Sebab
wujud pencipta adalah suatu yang pasti akan tidak dapat digugat selama ia masih
tetap menjadi hamba penciptanya.[5]
Ibadah itu sendiri menurut islam bukanlah terbatas terhadap kepada
beberapa upacara ibadat yang lumrah seperti sembahyang,puasa,zakat dan
haji,bahkan merangkumi setiap pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh insan
dengan niat ibadah dan mentaati Allah s.w.t. Pada hakikatnya manusia di samping
mempunyai kecenderungan beragama juga mempunyai kecenderungan berakhlak,mampu
membedakan yang baik dan buruk.
Dalam membangun hidupnya insan Muslim juga menurut perintah Nabinya
seperti yang terdapat dalam hadits-hadits beliau.seperti :
اِءْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا،وَاعْمَلْ لِا’خِرَاتِكَ كَأ نَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
“perbuatlah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup
selama-lamanya,dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok”
Islam juga memupuk kesadaran atau “sense of belonging”terhadap
masyarakat dan bahwa di satu sela yang terpenting dalam masyarakat.
Menurut Islam dunia adalah ladang tanaman untuk mendapatkan
hasilnya diakhirat.dan insan khalifah Allah di bumi.tujuan kegiatan ekonominya
ialah memakmurkan dunia.jika Allah mencipta insan tanpa naluri dan syahwat
niscaya pupuslah dia.jika dijadikannya tanpa akal niscaya dia binasa.jika
diciptakanya insan tanpa kebebasan maka jadilah ibadahnya sebagai suatu yang
terpaksa dan hilanglah arti ibadahnya.[6]
Jika kecintaan keagamaan telah tumbuh dalam hati seseorang maka
akan kita dapati beberapa perubahan.apa yang ditakuti oleh orang biasa tidak
lagi begitu menakutkannya .pembunuhan,kezaliman dan siksa tidak lagi
menakutkan.yang ditakuti ialah kemurkaan Allah s.w.t dan ketidak relaanya
karena kelalaian untuk berkorban nyawa mempertahankan agamanya.[7]
PRINSIP DAN PANDANGAN YANG
MENJADI DASAR PANDANGAN ISLAM TERHADAP MASYARAKAT
Bila kita
membbicarakan masyarakat dan yang berkaitan dengannya dari kacamata Isam maka
kita tidaklah keluar dari bidang pendidikan atau falsafah pedidikan Islam yang
kita berikan keutamaan dalam uraian ini. Masyarakat itu sendiri merupakan
faktor yang pokok mempengaruhi pendidikan, di samping ia merupakan arena tempat
berkisarnya proses pendidikan. Dari masyarakat proses pendidikan mengambil
tujuannya, kurikulum, cara, alat pendidikan dan falsafah yang di hayati oleh
masyarakat. Seorang pendidik tidak mungkin menentukan falsafah pendidikannya
tanpa menentukan konsepnya tentang masyarakat yang ber-kaitan dengan falsafah
pendidikan itu sendiri. Di samping menginsyafi Islam sebagai Din Wa Daulah
(agama dan Negara). Sistem hidupnya yang menyeluruh dan sempurna, Islam
mempunyai pandangan tersendiri tentang masyarakat dan kehidupan.Adapun beberapa
prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam tentang masyarakat.
Prinsip Pertama
Mengakui bahwa
masyarakat dalam pengertian yang paling
sederhana ialah kumpulan individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan
Negara, kebudayaan dan agama. Termasuk segala jalinan hubungan yang timbal
balik, kepentingan bersama, adat kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, system
hidup, undang-undang, institusi dan segala segi dan fenomena yang di rangkum
oleh masyarakat dalam pengertian luas dan baru.
Dalam
sumber-sumber islam yang pokok seperti Al Qur-an, Sunnah dan Riwayat Salafus
Saleh mungkin tidak di temui definisi masyarakat sebagaimana dalam ilmu
sosiologi modern. Tapi kendati demikian tidak ada suatu teks pun dari sumber
pokok itu yang melarang pengambilan
definisi masyarakat yang luas atau apa juga yang lain selama tidak bertentangan
dengan dasar metodenya yang umum.
Prinsip Kedua
Meyakini bahwa
masyarakat Islam mempunyai sikap dan cirinya yang ter-sendiri. Ini menyebabkan
masyarakat islam benar-benar menjadi masyarakat ideal yang menjadi contoh
manusia sejagat untuk menikmati kebahagiaan, kemakmuran dan memenuhi kebuuhan
rohani dan jasmani.masyarakat yang boleh di anggap masyarakat Islam adalah
masyarakat yang mengetrapkan Islam dalam aspek aqidah ibadah, akhlak,
undang-undang dan sistem islam.
Ciri yang harus di miliki masyarakat islam diantaranya.
a. Masyarakat Islam
Wujud atas tonggak iman kepada Allah, para Nabi, Rasul, Kitab-Kitab Samawi,
Hari Kiamat, Hari Kebangkitan, Hari Berkumpul di Padang Masyar, Perhitungan dan
Balasan.
b. Agama di letakan pada
proporsi yang tertinggi. Segala urusan hidup di kembalikan kepada hukum,
hakimnya sesuai dengan Al Qur-an yang menyeru supaya pertikaian di kembalikan
kepada putusan Allah dan Rasul. Artinya merujuk prinsip dan dasar yang di
kandung oleh ajaran Allah dan Rasul.
c. Penilaian yang
tinggi di berikan kepada akhlak dan tatasusila. Segala kegiatan dan perbuatan
insan ditundukkan kepada prinsip dan metode yang telah diterima olehnya sebagai
prinsip insaniah yang jelas.
d. Ilmu diberi perhatian
yang berat. Ilmu yang benar dianggap sebaik cara untuk memantapkan akidah dan
agama. Ilmu yang benar ini jugalah sebagai satu cara mencapai kemajuan ekonomi,
kemakmuran, dan menambah produktivitas. Hal ini adalah di anggap sebagai
persyaratan dalam pelaksanaan tugas sebagai wakil Allah di bumi. Dengan ilmu
ini juga dapat memperbaiki taraf hidup dan kemampuan menggunakan segala tenaga
rahasia dan undang-undang alam.
e. Masyarakat islam
menghormati dan menjaga kehormatan insan.
f. Keluarga dan
kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar.
g. Masyarakat islam
ialah masyarakat yang dinamik.
h. Kerja mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dalam masyarakat islam.
i. Nilai dan peranan
harta di perhitungkan untuk menjaga kehormatan insan dan membangun masyarakat
umat. Pemilik harta yang hakiki dalam pengertian luas adalah Allah.
Dalam masyarakat Islam, hak kepemilikan di lindungi sekiranya ada
syarat-syarat berikut:
1. Di dapatkan dari
harta yang halal dan juga keuntungan yang halal.
2. Penyaluran harta
secara yang direlai oleh syara’, bukan karena maksiat.
3. Tidak ditumpuk.
j. Kekuatan dan
keteguhan yang di lentur oleh agama, akhlak dan ukuran kebenaran, keadilan,
kasih saying dan ciri-ciri insaniyah yang luhur dijadikan tujuan.
k. Masyarakat Islam
adalah masyarakat yang terbuka, bisa menerima pengaruh yang baik dari
masyarakat atau ilmu pengetahuannya.
l. Masyarakat Islam
bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, tolong menolong, bantu membantu
antara satu sama lain.
Prinsip Ketiga
Meyakini bahwa
asas untuk membina masyarakat ialah akidah kepercayaan bahwa Allah itu wujud
dan Esa.Meyakini utusannya yaitu para Rasul.Beriman dengan hari kebangkitan.
Keyakinan ini begitu terpelihara sehingga jika timbul ragu dan prasangka
terhadap kebenaran yang telah disebutkan itu, atau luntur keyakinan terhadapnya
maka tidaklah dianggap sebagai masyarakat islam. Karena iman kepada Allah,
Qadha’ dan Qadar, Hari Akhirat, Kebangkitan, Perhitungan dan Pembalasan adalah
salah satu tiang asas masyarakat Islam.Tanpa asas itu tidak mungkin wujud
masyarakat Islam.
Prinsip Keempat
Meyakini bahwa
agama dalam pengertian luas yang merangkum setiap yang berhubungan dengan
akidah, ibadah, pergaulan sesama manusia ialah teras dalam kehidupan pribadi
dan masyarakat.Agama pada hakikatnya mengarahkan konsep hidup insan,
hubungannya dengan Tuhan, jagat raya, pribadi dan kelompok masyarakat.Agama
adalah pengasuh yang baik terhadap hati nurani (dlomir) insan.Mendidik akhlak,
perasaan dan emosinya.Agamalah sebaik menyelesaikan masalah hidup insan.
Prinsip Kelima
Meyakini bahwa ilmu yang
sebenar-benarnya adalah sebaik-baik asas sesudah iman, agama dan akhlak untuk
mencapai kemajuan, kekuatan dan kemakmuran masyarakat, baik dalam bidang
material maupun spiritual.Ilmu adalah sebaik alat masyarakat untuk mengkaji
masalah yang dihadapinya dan untuk mencari masalah yang konkrit.
Orang-orang islam
terdahulu tidak menemukan pertentangan antara agama dan ilmu. Yang mereka tahu
adalah keharmonisan dan akrabnya hubungan antara keduanya.Mereka mengerti sejak
awal-awal dakwah Islam bahwa agama yang benar tidak mungkin bertentangan dengan
ilmu agama yang menentang hakikat dan fakta ilmu berarti menempuh mati. Kelak
dengan demikian akan dibuktikan kepalsuannya bahwa itu bukan wahyu dari Allah.
Prinsip Keenam
Menginsyafi bahwa
masyarakat seperti itu juga segala yang wujud di alam ini senantiasa akan
berubah. Perubahan ini meliputi binaan dan struktur masyarakat, susun lapis,
sistem, kebudayaan, nilai, akhlak dan cara hidup, tradisi, kebiasaan, undang-undang
dan segala sesuatu yang ada dalam masyarakat tersebut. Perubahan ini berlaku
karena faktor internal dan external.Ia tidak berlaku secara mendadak, tapi
perlahan-lahan mengikuti disiplin tertentu. Bahwa perubahan sosial itu sendiri
tidak membawa sikap buruk atau baik.Tidak senantiasa menuju kearah yang lebih
baik, Atau mungkin malah menuju arah yang lebih buruk.
Prinsip Ketujuh
Mengakui harga
diri insan dari peri perlunya perorangan dalam hidup bermasyarakat.Pribadi
merupakan sel atau unit pertama bagi terbentuknya masyarakat manusia.Dari orang
sesamanya terbentuk keluarga, suku, kabilah, bangsa dan umat manusia seluruhnya.Pribadi
yang saleh asas terdirinya masyarakat yang saleh, pribadi dan masyarakat
mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dari keduanya terbit
tenaga yang saling bekerjasama saling menyempurnakan antara satu dengan yang
lain.
Inilah yang diinsyafi masyarakat musilim dan masyarakat islam dan
yang tercermin dalam implementasi hidup mereka dizaman kegemilangan kebudayaan
Islam, yaitu dizaman masyarakat itu benar-benar masyarakat Islam, melaksanakan
ajaran Islam, hidup atas dasar dan sistem yang digariskan oleh Islam.
Prinsip Kedelapan
Menginsyafi bahwa keluarga merupakan unit pertama bagi masyarakat
pada tahap institusi. Hal ini merupakan jembatan meniti bagi generasi yang akan
dating. Keluarga adalah sistem yang paling khusus dan paling tesendiri.Keluarga
merupakan persekitaran yang mula-mula sekali dihayati oleh bayi selepas lahir.
Didalam ia lahir dan mengambil asas-asas bahasa, nilai, ukuran perilaku,
kebiasaan, kecenderungan dan sosial dan lunas-lunas keperibadian. Keluarga
merupakan kerjasama antara laki-laki dan perempuan dan bidang pembentukan
pertama bagi seorang bayi.
Untuk lebih
menjelaskan lagi prinsip ini kita petik dan perturunkan beberapa naskah yang
menguatkan prinsip ini dengan ulasan uraiannya.
“Sistem
kekeluargaan yang di akui oleh Islam ialah system AL Usrah Azzaujiah (suami
istri) yaitu keluarga itu terdiri atas suami isteri dan anak-anak.Sebab mereka
menikah sehingga mereka membentuk suatu keluarga.Dalam Islam keluarga dalam
pengertian luas tidak hanya mengandung isteri dan anak-anak serta keturunan
mereka.Tetapi juga merangkum Induk keturunan baik bapa atau ibu.Jadinya kakek
dan nenek juga anak cucu bapa dan ibu, yaitu saudara lelaki dan perempuan serta
anak-anak mereka, termasuk juga paman dan bibi.
Prinsip Kesembilan
Percaya bahwa segala perkara yang dapat menciptakan tolong menolong
setia kawan, kait mengait, persaudaraan, kasih mengasihi, cinta mencintai dan
kerjasama antara manusia, juga yang menciptakan keadilan dan keseimbangan
diantara mereka, dan juga yang akan melaksanakan kemaslahatan umum, kekuatan,
kemajuan, kesatuan dan persatuan mereka merupakan teras tujuan-tujuan syari’at
Islam dan termasuk maksud yang ingin di capai agama Islam yang suci. Oleh sebab
itu haruslah digalakkan, diberi jalan dan dihilangkan segala rintangan agar
terwujud masyarakat yang kuat, setia kawan, interdependent, bersaudara,
berhubungan satu sama lain dan selalu bertujuan kearah kemajuan dan kemuliaan.
Adapun beberapa prinsip dalam masyarakat Islam, yaitu:
1. Prinsip maslahat umum
2. Prinsip keadilan
3. Prinsip persamaan
4. Prinsip keseimbangan
sosial
5. Prinsip jaminan dan
setia kawan
PANDANGAN ISLAM TERHADAP LINGKUNGAN ATAU ALAM
Menurut sejarah Filsafat, Filsafat yang pertama lahir adalah
filsafat Alam. Filsafat ini adalah Filsafat Yunani yang digarap oleh orang
orang Yunan, tapi bukan didaerah Yunani sendir. Filsafat ini dicetuskan sendiri
oleh orang orang Yunani perantauan yang mengembara ke negeri lain, terutama
Asia kecil. Mereka terpaksa merantau dari negerinya, karena tanah Yunani itu
tidak subur, yang terdiri dari tanah pegunungan. Mereka meninggalkan Yunani dan
merantau ke pulau-pulau sekitar laut Egia dan daratan Asia Kecil.
Dari sebuah kota
bernama Miletos di Asia Kecil, lahirlah Filsafat Alam pertama yang dicetuskan
oleh ahli filsafat pertama yang bernama Thales, yang menyatakan asal segala
sesuatu adalah air. Filsafat ini dilanjutkan oleh muridnya, Anaximandros, yang
menyebutkan bahwa awal dari segala sesuatu adalah Apeiron, yaitu suatu zat yang
tidak terbatas. Filsafat Anaximandros diteruskan oleh muridnya, Anaximenes,
yang berpendirian bahwa asal usul alam semesta ini adalah udara. Dan kota
Miletos inilah, filsafat alam menyebar ke kota kota lain seperti Ephesos dengan
tokohnya Herakleitos dan kota Elea dengan tokohnya senophanes, Parmeides, dan
Zeno. Demikianlah seterusnya hingga muncul Plato dengan Filsafat idealisme dan
Aristoteles dengan realism.Keduanya merupakan cikal bakal dari berbagai macam
aliran Filsafat. Yang pertama menekankan akal dan yang kedua menekankan indra.
Sejalan
dengan itu, Islam pun mengajarkan bahwa
manusia diperintahkan terlebih dahulu untuk mengetahui alam dan seisinya, sebelum
mengetahui dan memikirkan Penciptanya. Filsafat alam merupakan salah satu dari
trilogy metafisika, di samping filsafat Masyarakat dan Filsafat manusia.
Berikut ini akan dikemukakan berbagai pandangan filsafat islam mengenai hakikat
Alam,Alam dan Lingkungan Pendidikan [8]
1.Hakikat Alam
Menurut Al Jurjani, dalam kitab Al-Tarfat, tema “alam” secara
bahasa berarti segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat
dikenali, sedangkan secara terminology berarti segala sesuatu yang maujud
(maujudat) selain allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali, baik dari segi
nama maupun sifatnya. (Ali bin Muhammad al-jurjani: 145). Segala sesuatu selain
Allah, itulah alam secara sederhana. Pengertian ini merupakan pengertian
teotologis, dalam arti yang berdasarkan dikemukakan oleh para teotolog islam.
Adapun secara filosofis “alam” adalah kumpulan jaubar (substansi) yang tersusun
dari materi (maddab) dn bentuk (shurab) yang ada di langit dan bumi.(Jamil
Shabila, 1973: 45). Segala sesuatu yang ada di bumi dan langit ini adalah Alam
berdasarkan rumusan Filsafat. Alam dalam pengertian ini merupakan alam semesta
atau jagat raya, yang dalam bahasa inggris disebut universe. (John M. Echols,
1996: 618)[9]
2.Alam Dan Lingkungan Pendidikan
Lingkungan dalam arti luas mencakup iklim dan geografis, tempat
tinggal, adat istiadat, dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah segala
sesuatu yang tampak dan terdapat
dkk,1996dalam alam kehidupan. Ia adalah seluruh yang ada, baik berupa
manusia maupun benda, alam bergerak ataupun tidak bergerak. (Zakiah Darajat,
dkk, 1996: 63-64). Dengan demikian, lingkungan adalah sesuatu yang melingkupi
hidup dan kehidupan manusia.
Adapun lingkungan pendidikan secara sederhana berarti lingkungan
tempat terjadinya pendidikan. M.Arifin menyebut lingkungan pendidikan dengan
istilah lembaga pendidikan. Menurutnya, salah satu factor yang memungkinkan
terjadinya proses pendidikan islam secara konsisten dan berkesinambungan adalah
institusi atau lembaga pendidikan islam. (M. Arifin, 1996: 83). Abudin Nata
memahami lingkungan pendidikan islam seagai salah satu institusi atau lembaga
tempat pendidikan itu berlangsung. Di dalamnya terdapat cirri cirri keislaman
yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik. Lingkungan pendidikan
berfungsi sebagai penunjang terjadinya proses kegiatan belajar mengajar secara
aman, tertib dan berkelanjutan.
Menurut Sutari Imam Bamadid, lingkungan pendidikan adalah segala
sesuatu yang segala sesuatu yang ada di sekitar anak didik. Oleh karena itu,
lingkungan pendidikan disini merupakan alam sekitar (milieu). Alam sekitar
dipandang sebagai salah satu factor penentu proses pelaksanaan pendidikan,
meskipun ia tidak bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Beberapa
ahli membagi lingkungan pendidikan kedalam 3 lembaga yaitu lingkunagan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, dan merupakan mata rantai yang tidak boleh diputuskan,
(Abudin Nata, 1997: 111-112)
Dari beberapa prinsip filsafat pendidikan islam tentang alam, telah
disebutkan bahwa alam semesta merupakan penentu keberhasilam proses mendidik.
Adanya interaksi dari peserta didik dengan benda atau lingkungan alam tempat
sekitar kita merupakan prinsip filsafat kehidupan.
Adapun prinsip-rinsip Filsafat pendidikan islam tentang alam dan
lingkungan antara lain :
1) Filsafat Pendidikan
Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan
perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat, hanya akan berhasil
apabila terjadi interaksi peserta didik dengan benda dan lingkungan Alam
sekitar mereka hidup.
2) Filsafat Pendidikan
Islam percaya bahwa alam semesta atau Universe, baik yang mated maupun bukan,
memiliki hukumnya sendiri sendiri.
3) Filsafat Pendidikan
Islam percaya bahwa alam semesta yang terdiri dari dua kategori: Alam benda dan
Alam ruh, harus dipandang oleh satu kesatuan yang tidak bisa dipisah pisahkan.
4) Filsafat Pendidikan
Islam percaya bahwa alam semesta dengan segala macam manesvitasi,
elemen-elemen, dan unsure-unsurnya itu berubah dan selalu bergerak sesuai hokum
dan tujuan yang telah digariskan Peciptanya.
5) Filsafat Pendidikan
Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan teratur itu harus
dipahami sebagai keajaiban dan kegungan sang Pencipta.
6) Filsafat Pendidikan
Islam, meskipun percaya bahwa di ala mini terjadi hubungan kasual
(sebab-akibat), akan tetapi ini terjadi secara mutlak.
7) Filsafat Pendidikan
Islam percaya bahwa alam semestaini bukanlah musuh dari manusia dan bukan
merupakan penghalang bagi kemajuan manusia.
8) Filsafat Pendidikan
Islam ini percaya bahwa alam semsta dan seluruh isinya itu bersifat baru.
9) Filsafat
PendidikanIslam percaya bahwa kekekalan dan keabadian Allah sebagai pencipta
merupakan hal yang keluar dan bebas dari hokum ala mini.
10) Filsafat Pendidikan
Islam ini percaya bahwa Allah adalah sumber Alam semesta.[10]
Islam juga mengajarkan bahwa Alam diciptakan sebagai sebuah
panggung theater untuk manusia, sebuah lading untuk tumbuh dan memakmurkan,
untuk mensyukuri nikmat dan anugrah Allah, dan untuk menyatakan diri sebagai
seseorang yang berharga secara etis. Hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan
dengan alam semsesta atau lingkungan adalah sebagai berikut :
a) Alam bukanlah
kepunyaan manusia, melainkan milik Allah, manusia mendapat amanah dari Allah
untuk suatu tujuan yang diperintahkan olehnya, yaitu sebagai pengelola alam.
Manusia diharapkan mengembalikan amanah itu kepada Allah dalam keadaan yang
lebih baik
b) Alam semesta,
bagaimana yang sudah terjadi, dapat diarahkan menuju suatu perubahan yang
dikehendaki. Alam diciptakan dalam keadaan yang masih berkembang, dan masih
terbuka bagi keterlibatan manusia dalam proses dan penaklukan hokum-hukumnya
dalam suatu usaha yang nyata.
c) Dalam pengelolaan dan
pemanfaatan alam, manusia diperintahkan untuk bertindak secara moral, tidak
boleh mengeksploitasi sumber daya Alam yang menyebabkan kerusakan hilangnya
keseimbangan, keserasian, dan keharmonisan.
d) Islam mewajibkan
kepada manusia untuk mengkaji dan memahami tanda-tanda Allah di Alam, Allah
tidak sekedar menyusun ilmu Alam, tetapi juga menyusun keraturan Alam.[11]
BAB IV
PENUTUP
Sebagai manusia yang mempunyai keyakinan akan kekuatan Tuhan, maka
pendidikan yang ideal adalah kembali untuk Tuhan sedangkan proses untuk sampe
ke tujuan akhir itu adalah memanfaatkan Alam sebagai sarana dengan bijak, yang
dalam islam disebut dengan akhlak karimah. Jadi keseimbangan antara kepentingan
manusia, Tuhan dan Alam menunjukan keberhasilan kependidikan.
Manusia
diciptakan untuk berbakti pada tuhan dengan penuh ikhlas. Fungsi pendidikan
adalah mengantarkan manusia menuju tuhan. Oleh karena itu, pendidikan sebagai
sarana pengejewantahan Alam menjadi sangat urgen untuk menggunakan proses dan
prosedur pemanfaatan Alam secara maksimal. Dalam menggunakan proses dan
prosedur pemanfaatan Alam ini, Manusia dibekali Tuhan dengan sifat-sifat
ketuhanan, yakni sifat kodrat iradah Tuhan. Sehingga manusia mampu melakukan
oleh potensi pemanfaatan Alam oleh karena itu kesimpulannya adalah untuk
mencapai kesempurnaan harus ada tiga kecerdasan yang peratama kecerdasan
spiritual, ke dua kecerdasan emosional, dan tiga kecerdasan intelektual.[12]
Demikianlah
makalah yang telah kami buat, jika ada kritik dan saran yang membangun dalam
konteks positif sangat kami harapkan karena untuk perbaikan makalah yang akan
dating, dan jika kami ada kesalahan, mohon maaf yang s ebesar-besarnya, karena
kami sebagai manusia tidak luput dari kesalahan baik kesalahn yang disengaja
ataupun tidak disengaja.
DAFTAR PUSTAKA
As-syaibani, Ai-toumy, 1979, Falsafah pendidikan islam,
jakarta:bulan bintang
Zaenudin, H, 2013, Filsafat Pendidikan Islam, Semarang: Media
Campus Indonesia Haris, Abd, 2012, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Sinar
Grafika Offset
Riyadi, Ahmad, 2010, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakart :
Penerbit Teras
[1] Surah ath thariq ayat :5-8
[2] Surah Al-Hujurat ayat :13
[3] Mohd.Aziz Al Habbabi dalam bukunya “Al insan Hayawanun yata
kalam.” “Al Asahalah “sebuah majalah Aljeria yang dikeluarkan oleh kementerian
pembelajaran dan urusan agama tahun III bil.16 Sept./o ct.,1973 hal:71-82.
[4] Surah Ar-Rahman ayat :4
[5] Mohd.said Ramadhan Al Buthi “Nizamus Sulukil Insani In ikasun
li waqi’in Nizam Al Kauni.”Majallah Al Wa’yul Islami Bil.103 ogos 197.hal 70-75
[6] Nadimul Jisr “Al quran fit tarbiatil islamiah “Fit taujihil
islami lisysyabab(dari kajian mu’tamar Majma’ul Buhuth Al Islamiah)Kaherah AL
AZHAR ASY-SYARIF Majma’ul buhuth Al Islamiah 1971,hal :86
[7] Prof.Omar muhammad Al-Toumy As-Syaibani,Falsafah pendidikan
islam,(jakarta:bulan bintang,1979).hal:159
[8]. Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang:
Media Campus Indonesia, 2013), hlm 95-97
[9] Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang:
Media Campus Indonesia, 2013), hlm 97
[10] Dr. H. Zaenudin, M. Ag., Filsafat Pendidikan Islam, (Semarang:
Media Campus Indonesia, 2013), hlm 101-102
[11] Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag., Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2012), hlm 92-93
[12] Dr Ahmad Ali Riyadi, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakart :
Penerbit Teras, 2010), hlm 186-189.
No comments:
Post a Comment