Monday 20 February 2017

Makalah Reliabilitas dan Indeks Reabilitas



       I.            PENDAHULUAN
Dalam lingkup pendidikan semua aspek kegiatan harus sesuai standar dan ketentuan yang berlaku. Tidak hanya saat pemebelajaran namun juga harus saat megevaluasi pesrta didik, soal atau instrumen tes juga harus di perhatikan kevalidtannya. Baik valid dari proses dan hasilnya. Sehingga ketika evaluasi itu di anggap sudah valid dan hasilnya memuaskan maka kegiatan belajar bisa di katakan berhasil.
Salah satu instrumen bisa di katakan sesuai standar harus reliabilitas. Reliabilitas ini hasil pengukuran bisa di percaya dan konsisten. Sebuah evaluasi jika tidak bisa terpercaya maka di anggap tidak sesuai standar. Terpercaya baik dari segi proses dan hasilnya.

    II.            PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN RELIABILITAS  
Reliabiltas dapat di terjemahkan sebagai “ kendala “, kepercayaan, keajegan, konsistensi, dan kestabilan.  ( Azwar, 1995 : 176-177 ). Reliabilitas sering di artikan keterandalan, keajegan, dan stabilitas ( Thoha , 1991 : 118 ). Suatu alat ukur di sebut memiliki reliabilitas yang handal jika ia dapat di percaya, konsistensi atau stabil, dan produktif. Dalam konteks pengukuran dan penilaian, Grnlund dan Linn ( 1990:77 ) pada intinya gagasan pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat di percaya. Jadi pada tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Penting untuk dipahami dan di dasari bahwa hasil-hasil pengukuran tidak pernah sepenuhnya konsisten, sebab selain faktor kualitas yang di ukur, banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi hasil pengukuran itu. Seandainya suatu instrumen di gunakan dua kali pada sekelompok responden yang sama, maka dapat di duga bahwa hasil pengukurannya akan bervariasi. Hal ini di sebabkan adanya Fluktuasi yang sifatnya temporer dalam hal perhatian, ingatan, usaha, kelelahan, keadaan emosional, dan sebagainya. Faktor- faktor inilah yang menyebabkan dalam setiap pengukuran muncul apa yang di sebut kesalahan pengkuran  atau measurement eror ( Grondlund dan Linn 1990 : 78 ). Dengan kata lain, setiap hasil pengukuran sebenarnya merupakan komposisi dari skor yang sebenarnya ( true skor ) dan skor kesalahan ( eror score ) atau di rumuskan :
X = T+E
Di mana :         X = skor hasil pengamatan  ( observed score ).
                        T = Skor sebenarnya ( true score ).
                        E = skor kesalahan ( error score ).[1]

  1. MENGESTIMASI  INDEK RELIABILITAS
1.      Metode Tes Ulang
Metode tes ulang  ( test-retes, method ) atau sering di sebut sebagai pengukuran stabilitas, di lakukan dengan menggunakan suatu instrumen terhadap sekelompok individu, kemudian menggunakan kembali instrumen tersebut pada kesempatan yang lain. Dengan kata lain, metode tes ulang menunjukan konsistensi pengukuran dari waktu ke waktu, dan menghasilkan koefisien reliabilitas yang di sebut koefisien stabilitas. Prinsip estimasinya adalah dengan mengenakan sebuah isntrumen pada sekelompok responden dua kali dalam tenggang waktu tertentu . menurut Kaplan dan Saccuzzo ( 2005 : 107 ) metode tes ini tepat di gunakan pada pengukuran Trait  atau karakteristik yang tidak cepat berubah oleh waktu atau relatif tetap, seperti intelegeni, dan kurang tepat di gunakan pada pengukuran trait maupun karakteristik yang relatif berubah-ubah.[2]
Oleh karena itu, dalam estimasi yang demikian ini ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam membuat interpretasi terhadap hasil pengukurannya. Pertama  interval waktu atau jangka waktu antara penggunaan instrumen yang pertama dengan penggunaannya yang kedua harus di perhitungkan. Mungkin saja terjadi semakin lama jangka waktu tersebut semakin berbeda hasil pengukurannya. Kedua faktor bertambahnya pengalaman atau pengetahuan baru juga dapat menyebakan hasil dua pengukuran tersebut berbeda. Dua hal ini dapat meningkatkan i.ndeks reliabilitas atau bahkan menurunkannya, terutama dalam pengukuran terhadap ranah afektif dan kognitif.[3]
Oleh karena itu tesnya hanya satu dan di ujicobakan dua kali. Tenggang waktu pemberian tes pertama dan tes kedua akan menjadi masalah tersendiri. Jika tenggang waktu terlalu sempit maka siswa masih banyak mengingat materi. Sebaliknya jika tenggang waktu terlalu lama , maka faktor-faktor atau kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa sendiri sudah mempelajarinya. Faktor ini akan berpengaruh pula terhadap reliabilitas. [4]
CONTOH :
SISWA
TES PERTAMA
TES KEDUA
SKOR
RANGKING
SKOR
RANGKING
A
15
3
20
3
B
20
1
25
1
C
9
5
15
5
D
18
2
23
2
E
12
4
18
4

2.      Metode Tes Sejajar
Metode tes sejajar ini hanya dapat di lakukan apabila tersedia dua instrument yang di anggap memenuhi ciri-ciri paralel. Salah satu indikator terpenuhinya asumsi paralel adalah setaranya korelasi antara skor skala tersebut dengan skor suatu ukuran lain. Dengan demikian, sejauhmana estimasi ini terpercaya adalah tergantung pada instrumen-instrumen itu di buat. Jika instrumen itu berbentuk tes, maka tingkat kesulitan dan formatnya juga harus setara. Prosedur mengestimasi reliabiitas yang demikian ini tepat di gunakan jika yang menjadi tujuan adalah membuat inferensi tentang pengetahuan yang di miliki oleh individu dalam suatu bidang tertentu. Atau serang guru mungkin mungkin hendak mengembangkan instrumen untuk pre-test dan post-test dalam suatu proses pembelajaran, prosedur estimasi reliabilitas dengan pengukuran ekuivalensi ini sangat bermanfaaat. Prosedur ini biasanya menghasilkan indeks reliabilitas “ sedang atau tinggi “[5]
3.      Metode Konsistensi Internal
Indeks reliabilitas dapat di ketahui pula dengan tanpa harus menggunakan dua instrumen atau dua kali pengukuran sebagaimana dalam dua prosedur terdahulu.  Indeks tersebut hanya di ketahui dengan menggunakan instrumen :
a.      Tehnik Belah Dua
tehnik ini di lakukan dengan menggunakan suatu instrumen terhadap sekelompok individu. Hasil pengukuran tersebut kemudian di bagi menjadi dua, biasanya dengan memisahkan antara hasil pengukuran dari item bernomor genap ( x ), atau bernomor genap  ( y ). Karena itu untuk mengetahui indeks reliabilitas untuk keseluruhan instrumen perlu menggunakan faktor koreksi, sehingga formulanya sebagaimana di kembangkan oleh Spearman – Brown  sebagai berikut :
r xx =   2r ½ ½
            1+ r1/2 ½

r ½ ½  : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r xx     : koefisien reliabilitas yang sudah di sesuaikan [6]

ada dua cara membelah butir soal ini yaiu :
1.      membelah atas item-item genap dan ganjil yang di sebut ganjil – genap.
2.      Membelah atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor awal dan akhir yang di sebut awal – akhir .[7]

CONTOH :
 NO.
Siswa
Nomor item
1,3,5,7,9
2,4,6,8, 10
1,2,3,4,5,
6,7,8,9,10,

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skot total
ganjil
Genap
Awal
akhir
1
Hartati
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
8
5
3
3
5
2
Yoyok
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
5
3
2
2
3
3
Oktaf
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
4
0
4
1
3
4
Wendii
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
5
3
2
3
2
5
Diana
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
6
3
3
5
1
6
Paul
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
4
4
0
3
1
7
Susana
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
7
4
3
5
2
8
Helen
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
8
3
5
3
5
























b.      Formula Kuder – Richadson
Tehnik belah dua sebagaimana dipaparkan pada bagian terdahulu, tidak dianjurkan untuk di gunakan jika item-item instrumen bersifat dokotomis, misalnya benar-salah. Sebagai gantinya formula yang di kembangkan G. Fredric Kuder dan M.W.[8] Richadson ( 1973 ), dapat di gunakan mengatasi masalah pembelahan instrumen yang problematik. Formula yang di kenal sebagai K-R 20 dan K-R 21, sudah populer dan dianggap representatif untuk mengestimasi indeks reliabilitas. Kedua formula itu adalah sebagai berikut :
Formula K-R 20 :
Keterangan :
n = reliabilitas tes secara keselurah
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
s = standar deviasi tes (standar deviasi tes adalah akar variasi

c.       Koefisien Al-Pha
Formula ini di kembangkan oleh Cronbach ( 1951 ), dan merupakan generalisasi dari formula K-R 20 jika item-item instrumen di skor secara non dikotomis.[9] Formula ini utamanya tepat dipakai untuk mengestimasi reliabilitas tes subjektif ( esei ) yang masing-masing itemnya mempunyai skor yang berbeda-beda . formula koefisien Alpha adalah sebagai berikut :
Rumus dari Formula Koefisien Alfa adalah sebagai berikut
                   
       atau    


Keterangan
r 11 = reabitas yang dicari
X -= skor total
N = banyaknya responden
a = kefisien alfa




Tabel perhitungan mencari reliabilitas dengan tes rumus Koefisien Alfa
No.
Nama
Nomor Soal (Item)
Skor total (x)
Kuadrat Skor Total (x)
1
2
3
4
5
6
1
A
10
6
8
8
10
101
52
2704
2
B
6
4
4
6
6
5
31
961
3
C
8
2
6
8
7
8
39
1521
4
D
7
3
7
7
6
6
36
1296
5
E
0
5
3
2
4
4
18
324
6
F
2
4
2
8
6
8
30
900
7
G
4
3
6
6
6
6
31
961
8
H
5
5
5
7
7
7
36
1296
9
I
5
5
4
6
8
5
33
1089
10
J
3
6
3
4
6
6
28
784
Y

50
43
48
62
66
65
334
11836




Jumlah variasi semua jumlah item  = 7,8 + 1,61 + 3,36 + 3,36 + 2,24 + 2,85 = 21,22
Variasi total =
*) tanda dalam kurung menunjukkan nomor soal (item)
Maka rehabilitas dengan rumus Koefisien Alfha adalah:
= 0,8256 dibulatkan 0,826

Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunkan kriteria sebagai berikut:
0,81-1,04 = sangat tinggi
0,61- 0,80 = tinggi
0,41- 0,60 = cukup
0,21- 0,40 = rendah
0,00- 0,20 = sangat rendah






III . PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Reliabiltas dapat di terjemahkan sebagai “ kendala “, kepercayaan, keajegan, konsistensi, dan kestabilan.  ( Azwar, 1995 : 176-177 ). Reliabilitas sering di artikan keterandalan, keajegan, dan stabilitas ( Thoha , 1991 : 118 ). Suatu alat ukur di sebut memiliki reliabilitas yang handal jika ia dapat di percaya, konsistensi atau stabil, dan produktif. Dalam konteks pengukuran dan penilaian, Grnlund dan Linn ( 1990:77 ) pada intinya gagasan pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat di percaya. Jadi pada tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Metode tes ulang  ( test-retes, method ) atau sering di sebut sebagai pengukuran stabilitas, di lakukan dengan menggunakan suatu instrumen terhadap sekelompok individu, kemudian menggunakan kembali instrumen tersebut pada kesempatan yang lain.
Metode tes sejajar ini hanya dapat di lakukan apabila tersedia dua instrument yang di anggap memenuhi ciri-ciri paralel. Salah satu indikator terpenuhinya asumsi paralel adalah setaranya korelasi antara skor skala tersebut dengan skor suatu ukuran lain.
            Indeks reliabilitas dapat di ketahui pula dengan tanpa harus menggunakan dua instrumen atau dua kali pengukuran sebagaimana dalam dua prosedur terdahulu.  Indeks tersebut hanya di ketahui dengan menggunakan instrument.
            Formula ini di kembangkan oleh Cronbach ( 1951 ), dan merupakan generalisasi dari formula K-R 20 jika item-item instrumen di skor secara non dikotomis. Formula ini utamanya tepat dipakai untuk mengestimasi reliabilitas tes subjektif ( esei ) yang masing-masing itemnya mempunyai skor yang berbeda-beda

B.     SARAN
Dalam makalah ini masih banyak kekurangan serta kesalahan, maka dari itu mohon kritik serta saran dari teman-teman dan para pembaca, khususnya dari bapak pengampu guna untuk memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.Meskipun makalah ini masih banyak kesalahan serta kekurangan, dari pemakalah berharap semoga dapat bermanfaat untuk teman-teman serta para pembaca dan mohon maaf atas semua kekurangan serta kesalahannya.



















DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Shodiq. Evaluasi pembelajaran, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012.
Arikunto, Syharsimi. Dasr-Dasar Evaluasi Pembelajaran , Jakarta : Bumi Aksara, 2010.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan , Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.



[1] Shodiq Abdullah. Evaluasi pembelajaran, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012.hlm. 85.
[2] Shodiq Abdullah. Evaluasi pembelajaran, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012.hlm. 88
[3] Shodiq Abdullah. Evaluasi pembelajaran, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012.hlm. 86.
[4]  Syharsimi  Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran , Jakarta : Bumi Aksara, 2010.hlm. 92.

[5] Shodiq Abdullah. Evaluasi pembelajaran, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012.hlm 91.
[6] Anas Sudijono,. Pengantar Evaluasi Pendidikan , Jakarta: Rajawali Pers, 2011.hlm.94
[7] Syharsimi Arikunto,. Dasr-Dasar Evaluasi Pembelajaran , Jakarta : Bumi Aksara, 2010. Hlm. 94

[8] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 263
[9] Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 264

No comments:

Post a Comment