I.
PENDAHULUAN
Dalam lingkup pendidikan semua aspek
kegiatan harus sesuai standar dan ketentuan yang berlaku. Tidak hanya saat
pemebelajaran namun juga harus saat megevaluasi pesrta didik, soal atau
instrumen tes juga harus di perhatikan kevalidtannya. Baik valid dari proses
dan hasilnya. Sehingga ketika evaluasi itu di anggap sudah valid dan hasilnya memuaskan
maka kegiatan belajar bisa di katakan berhasil.
Salah satu instrumen bisa di katakan
sesuai standar harus reliabilitas. Reliabilitas ini hasil pengukuran bisa di
percaya dan konsisten. Sebuah evaluasi jika tidak bisa terpercaya maka di
anggap tidak sesuai standar. Terpercaya baik dari segi proses dan hasilnya.
II.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
RELIABILITAS
Reliabiltas dapat di terjemahkan
sebagai “ kendala “, kepercayaan, keajegan, konsistensi, dan kestabilan. ( Azwar, 1995 : 176-177 ). Reliabilitas
sering di artikan keterandalan, keajegan, dan stabilitas ( Thoha , 1991 : 118
). Suatu alat ukur di sebut memiliki reliabilitas yang handal jika ia dapat di
percaya, konsistensi atau stabil, dan produktif. Dalam konteks pengukuran dan
penilaian, Grnlund dan Linn ( 1990:77 ) pada intinya gagasan pokok dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat di percaya. Jadi
pada tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Penting untuk dipahami dan di
dasari bahwa hasil-hasil pengukuran tidak pernah sepenuhnya konsisten, sebab
selain faktor kualitas yang di ukur, banyak sekali faktor lain yang
mempengaruhi hasil pengukuran itu. Seandainya suatu instrumen di gunakan dua
kali pada sekelompok responden yang sama, maka dapat di duga bahwa hasil
pengukurannya akan bervariasi. Hal ini di sebabkan adanya Fluktuasi yang
sifatnya temporer dalam hal perhatian, ingatan, usaha, kelelahan, keadaan
emosional, dan sebagainya. Faktor- faktor inilah yang menyebabkan dalam setiap
pengukuran muncul apa yang di sebut kesalahan pengkuran atau measurement eror ( Grondlund dan
Linn 1990 : 78 ). Dengan kata lain, setiap hasil pengukuran sebenarnya
merupakan komposisi dari skor yang sebenarnya ( true skor ) dan skor
kesalahan ( eror score ) atau di rumuskan :
X = T+E
Di mana : X
= skor hasil pengamatan ( observed score
).
T
= Skor sebenarnya ( true score ).
E
= skor kesalahan ( error score ).[1]
- MENGESTIMASI INDEK RELIABILITAS
1. Metode
Tes Ulang
Metode tes ulang ( test-retes, method ) atau sering di sebut
sebagai pengukuran stabilitas, di lakukan dengan menggunakan suatu instrumen
terhadap sekelompok individu, kemudian menggunakan kembali instrumen tersebut
pada kesempatan yang lain. Dengan kata lain, metode tes ulang menunjukan
konsistensi pengukuran dari waktu ke waktu, dan menghasilkan koefisien
reliabilitas yang di sebut koefisien stabilitas. Prinsip estimasinya
adalah dengan mengenakan sebuah isntrumen pada sekelompok responden dua kali
dalam tenggang waktu tertentu . menurut Kaplan dan Saccuzzo ( 2005 : 107 )
metode tes ini tepat di gunakan pada pengukuran Trait atau karakteristik yang tidak cepat berubah
oleh waktu atau relatif tetap, seperti intelegeni, dan kurang tepat di gunakan
pada pengukuran trait maupun karakteristik yang relatif berubah-ubah.[2]
Oleh karena itu, dalam estimasi
yang demikian ini ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam membuat
interpretasi terhadap hasil pengukurannya. Pertama interval waktu atau jangka waktu antara
penggunaan instrumen yang pertama dengan penggunaannya yang kedua harus di
perhitungkan. Mungkin saja terjadi semakin lama jangka waktu tersebut semakin
berbeda hasil pengukurannya. Kedua faktor bertambahnya pengalaman
atau pengetahuan baru juga dapat menyebakan hasil dua pengukuran tersebut
berbeda. Dua hal ini dapat meningkatkan i.ndeks reliabilitas atau bahkan
menurunkannya, terutama dalam pengukuran terhadap ranah afektif dan kognitif.[3]
Oleh karena itu tesnya hanya satu
dan di ujicobakan dua kali. Tenggang waktu pemberian tes pertama dan tes kedua
akan menjadi masalah tersendiri. Jika tenggang waktu terlalu sempit maka siswa
masih banyak mengingat materi. Sebaliknya jika tenggang waktu terlalu lama ,
maka faktor-faktor atau kondisi tes sudah akan berbeda, dan siswa sendiri sudah
mempelajarinya. Faktor ini akan berpengaruh pula terhadap reliabilitas. [4]
CONTOH :
SISWA
|
TES
PERTAMA
|
TES
KEDUA
|
||
SKOR
|
RANGKING
|
SKOR
|
RANGKING
|
|
A
|
15
|
3
|
20
|
3
|
B
|
20
|
1
|
25
|
1
|
C
|
9
|
5
|
15
|
5
|
D
|
18
|
2
|
23
|
2
|
E
|
12
|
4
|
18
|
4
|
2. Metode
Tes Sejajar
Metode tes sejajar ini hanya dapat
di lakukan apabila tersedia dua instrument yang di anggap memenuhi
ciri-ciri paralel. Salah satu indikator terpenuhinya asumsi paralel adalah
setaranya korelasi antara skor skala tersebut dengan skor suatu ukuran lain.
Dengan demikian, sejauhmana estimasi ini terpercaya adalah tergantung pada
instrumen-instrumen itu di buat. Jika instrumen itu berbentuk tes, maka tingkat
kesulitan dan formatnya juga harus setara. Prosedur mengestimasi reliabiitas
yang demikian ini tepat di gunakan jika yang menjadi tujuan adalah membuat
inferensi tentang pengetahuan yang di miliki oleh individu dalam suatu bidang
tertentu. Atau serang guru mungkin mungkin hendak mengembangkan instrumen untuk
pre-test dan post-test dalam suatu proses pembelajaran, prosedur estimasi
reliabilitas dengan pengukuran ekuivalensi ini sangat bermanfaaat. Prosedur ini
biasanya menghasilkan indeks reliabilitas “ sedang atau tinggi “[5]
3. Metode
Konsistensi Internal
Indeks reliabilitas dapat di ketahui
pula dengan tanpa harus menggunakan dua instrumen atau dua kali pengukuran
sebagaimana dalam dua prosedur terdahulu.
Indeks tersebut hanya di ketahui dengan menggunakan instrumen :
a. Tehnik
Belah Dua
tehnik ini di lakukan dengan
menggunakan suatu instrumen terhadap sekelompok individu. Hasil pengukuran
tersebut kemudian di bagi menjadi dua, biasanya dengan memisahkan antara hasil
pengukuran dari item bernomor genap ( x ), atau bernomor genap ( y ). Karena itu untuk mengetahui indeks
reliabilitas untuk keseluruhan instrumen perlu menggunakan faktor koreksi,
sehingga formulanya sebagaimana di kembangkan oleh Spearman – Brown sebagai berikut :
r
xx
= 2r
½ ½
1+ r1/2 ½
r ½ ½ : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
ada dua cara membelah butir soal ini yaiu :
1. membelah
atas item-item genap dan ganjil yang di sebut ganjil – genap.
2. Membelah
atas item-item awal dan item-item akhir yaitu separo jumlah pada nomor awal dan
akhir yang di sebut awal – akhir .[7]
CONTOH
:
NO.
|
Siswa
|
Nomor
item
|
1,3,5,7,9
|
2,4,6,8,
10
|
1,2,3,4,5,
|
6,7,8,9,10,
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Skot
total
|
ganjil
|
Genap
|
Awal
|
akhir
|
|||||||
1
|
Hartati
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
5
|
3
|
3
|
5
|
|||||
2
|
Yoyok
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
3
|
|||||
3
|
Oktaf
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
4
|
0
|
4
|
1
|
3
|
|||||
4
|
Wendii
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
5
|
3
|
2
|
3
|
2
|
|||||
5
|
Diana
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
3
|
3
|
5
|
1
|
|||||
6
|
Paul
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
4
|
4
|
0
|
3
|
1
|
|||||
7
|
Susana
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
7
|
4
|
3
|
5
|
2
|
|||||
8
|
Helen
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
3
|
5
|
3
|
5
|
|||||
b. Formula
Kuder – Richadson
Tehnik belah dua sebagaimana
dipaparkan pada bagian terdahulu, tidak dianjurkan untuk di gunakan jika
item-item instrumen bersifat dokotomis, misalnya benar-salah. Sebagai gantinya
formula yang di kembangkan G. Fredric Kuder dan M.W.[8]
Richadson ( 1973 ), dapat di gunakan mengatasi masalah pembelahan instrumen
yang problematik. Formula yang di kenal sebagai K-R 20 dan K-R 21, sudah populer
dan dianggap representatif untuk mengestimasi indeks reliabilitas. Kedua
formula itu adalah sebagai berikut :
Formula K-R 20 :
Keterangan :
n = reliabilitas tes secara keselurah
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
s = standar deviasi tes (standar deviasi tes adalah akar
variasi
c. Koefisien
Al-Pha
Formula ini di kembangkan oleh
Cronbach ( 1951 ), dan merupakan generalisasi dari formula K-R 20 jika
item-item instrumen di skor secara non dikotomis.[9]
Formula ini utamanya tepat dipakai untuk mengestimasi reliabilitas tes
subjektif ( esei ) yang masing-masing itemnya mempunyai skor yang berbeda-beda
. formula koefisien Alpha adalah sebagai berikut :
Rumus dari Formula Koefisien Alfa adalah sebagai berikut
atau
Keterangan
r 11 =
reabitas yang dicari
X -=
skor total
N =
banyaknya responden
a =
kefisien alfa
Tabel perhitungan mencari reliabilitas dengan tes rumus
Koefisien Alfa
No.
|
Nama
|
Nomor
Soal (Item)
|
Skor
total (x)
|
Kuadrat
Skor Total (x)
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||||
1
|
A
|
10
|
6
|
8
|
8
|
10
|
101
|
52
|
2704
|
2
|
B
|
6
|
4
|
4
|
6
|
6
|
5
|
31
|
961
|
3
|
C
|
8
|
2
|
6
|
8
|
7
|
8
|
39
|
1521
|
4
|
D
|
7
|
3
|
7
|
7
|
6
|
6
|
36
|
1296
|
5
|
E
|
0
|
5
|
3
|
2
|
4
|
4
|
18
|
324
|
6
|
F
|
2
|
4
|
2
|
8
|
6
|
8
|
30
|
900
|
7
|
G
|
4
|
3
|
6
|
6
|
6
|
6
|
31
|
961
|
8
|
H
|
5
|
5
|
5
|
7
|
7
|
7
|
36
|
1296
|
9
|
I
|
5
|
5
|
4
|
6
|
8
|
5
|
33
|
1089
|
10
|
J
|
3
|
6
|
3
|
4
|
6
|
6
|
28
|
784
|
Y
|
|
50
|
43
|
48
|
62
|
66
|
65
|
334
|
11836
|
Jumlah variasi semua jumlah
item = 7,8 + 1,61 + 3,36 + 3,36 +
2,24 + 2,85 = 21,22
Variasi total =
*) tanda dalam kurung
menunjukkan nomor soal (item)
Maka rehabilitas dengan rumus
Koefisien Alfha adalah:
= 0,8256
dibulatkan 0,826
Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat
menggunkan kriteria sebagai berikut:
0,81-1,04 = sangat tinggi
0,61- 0,80 = tinggi
0,41- 0,60 = cukup
0,21- 0,40 = rendah
0,00- 0,20 = sangat rendah
III
. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Reliabiltas dapat di terjemahkan
sebagai “ kendala “, kepercayaan, keajegan, konsistensi, dan kestabilan. ( Azwar, 1995 : 176-177 ). Reliabilitas
sering di artikan keterandalan, keajegan, dan stabilitas ( Thoha , 1991 : 118
). Suatu alat ukur di sebut memiliki reliabilitas yang handal jika ia dapat di
percaya, konsistensi atau stabil, dan produktif. Dalam konteks pengukuran dan
penilaian, Grnlund dan Linn ( 1990:77 ) pada intinya gagasan pokok dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat di percaya. Jadi
pada tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Metode tes ulang ( test-retes, method ) atau sering di sebut
sebagai pengukuran stabilitas, di lakukan dengan menggunakan suatu instrumen
terhadap sekelompok individu, kemudian menggunakan kembali instrumen tersebut
pada kesempatan yang lain.
Metode tes sejajar ini hanya dapat
di lakukan apabila tersedia dua instrument yang di anggap memenuhi
ciri-ciri paralel. Salah satu indikator terpenuhinya asumsi paralel adalah
setaranya korelasi antara skor skala tersebut dengan skor suatu ukuran lain.
Indeks
reliabilitas dapat di ketahui pula dengan tanpa harus menggunakan dua instrumen
atau dua kali pengukuran sebagaimana dalam dua prosedur terdahulu. Indeks tersebut hanya di ketahui dengan
menggunakan instrument.
Formula
ini di kembangkan oleh Cronbach ( 1951 ), dan merupakan generalisasi dari
formula K-R 20 jika item-item instrumen di skor secara non dikotomis. Formula
ini utamanya tepat dipakai untuk mengestimasi reliabilitas tes subjektif ( esei
) yang masing-masing itemnya mempunyai skor yang berbeda-beda
B. SARAN
Dalam makalah
ini masih banyak kekurangan serta kesalahan, maka dari itu mohon kritik serta
saran dari teman-teman dan para pembaca, khususnya dari bapak pengampu guna untuk
memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.Meskipun makalah ini masih banyak
kesalahan serta kekurangan, dari pemakalah berharap semoga dapat bermanfaat
untuk teman-teman serta para pembaca dan mohon maaf atas semua kekurangan serta
kesalahannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Shodiq. Evaluasi pembelajaran, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2012.
Arikunto,
Syharsimi. Dasr-Dasar Evaluasi Pembelajaran , Jakarta : Bumi Aksara,
2010.
Sudijono,
Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan , Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Zaenal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.
No comments:
Post a Comment